Mohon tunggu...
Pandu Damanik
Pandu Damanik Mohon Tunggu... Petani - Gondrong bukan berarti brutal

Belajar dan semangat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Apa Rumah Bagimu?

4 Juni 2019   22:25 Diperbarui: 4 Juni 2019   22:42 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Rumah bukan tentang kemewahannya namun tentang kenyamanan nya" mungkin ini lah kata-kata yang pas untuk memulai tulisan ku ini. Dulu pernah ku temui seseorang yang berkata kepada ku "aku ingin memiliki sebuah rumah yang besar bagaikan istana dengan banyak hiasan dan di terangi lampu-lampu.s

Sehingga orang dari luar angkasa dapat melihatnya dan untuk memilikinya aku harus memiliki uang yang banyak untuk dapat membangun impian ku" begitu katanya kepada ku. Sungguh teramat indah (terlintas dalam benak ku). 

Pada 2 juni 2019 tepatnya hari minggu sekitar puku 19.00 wib aku sampai di kampung halam maklum lah namanya rindu sama orang tua. Pada tanggal 3 juni 2019 ketepatan pagi hari aku rindu makan ayam kampung  dengan demikian saya coba bermain ke tempat bou (panggilan kepada adik perempuan ayah)  ku melihat tempatnya yang begitu tenang sebuah rumah yang terbuat dari papan dan beralaskan tanah juga beratapkan seng tanpa ada sebuah triplek di bawah seng tersebut, 

sebelum masuk ke dalam rumah tersebut aku di sambut oleh bunga-bunga dan sebuah gerbang yang sebenarnya bukan lah gerbang besi seperti  yang sering kita temui namun hanya lah bunga yang di tata rapi dan dengan seksama sehingga membentuk gerbang. 

Posisi rumahnya begitu unik dan kalo di tanya nilai berapa pasti jawab ku 100, jika kita menghadap ke pintu depan rumahnya maka bagian sebelah kanan rumahnya tampak sebuah kandang ternak ayam dan bagian sebelah kirinya ada berbagai macam tanaman seperti jangung,  cabai,  nangka, sayuran dan lain sebagainya, 

sekeliling rumah masih di ada beberapa pohon pinus yang tertanam membuat suasana sangat asri hingga lamunan ku terbang begitu tinggi  Terlintas di benakku apakah demikian sederhananya hidup ini? (tanya ku dalam benak ku).

Seketika pikiran ku bertanya, untuk apa kita membangun gedung-gedung tinggi dengan beton-beton yang sangat besar?, apakah kita makan dari gedung-gedung tinggi dan beton-beton tersebut?,  yahk... benar bahwa gedung dan beton yang kokoh itu sangat lah indah namun tanah adalah sumber pangan yang paling besar jika kita mencampakkan batang ubi maka ia akan tumbuh dan berbuah dan dapat memberikan satu keluarga makan.

Jika semakin banyak penduduk maka akan semakin banyak pembangunan jika pembangunan meningkat otomatis lahan akan banyak terpakai jika lahan sudah semakin sempit maka sumber pagan akan semakin sedikit sedangkan angka kelahiran meningkat  semakin banyak  kelahiran maka semakin banyak juga lah pangam yang akan di butuhkan. 

Jika aku,  kamu,  mereka dan pemerintah tak bijak maka akan semakin banyak juga angka kelaparan, kemiskinan,  kekurangan gizi dan kejahatan.

Sejenak  terlintas di pikiran ku.  Apakah masih ada tempat yang nyaman tanpa ada kebisingan kendaraan bermotor dan tanpa harus memikirkan hiruk piruk nya kehidupan ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun