Mohon tunggu...
Riyan Bachtiar
Riyan Bachtiar Mohon Tunggu... Bankir - Freelance Writer

Life is sucks, but in another way, life is so beautiful.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Worklife Balance, Mitos atau Fakta?

20 Maret 2022   14:36 Diperbarui: 20 Maret 2022   14:40 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : universitas mandiri 

Sebagai pekerja kita pasti sangat mendambakan apa yang namanya worklife balance, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak dari kita yang bekerja melebihi jam yang sudah ditentukan, lembur menjadi kebiasaan, waktu utuk keluarga semakin berkurang, saat weekend yang tersisa hanya rasa lelah hingga sulit membangun waktu yan berkualitas dengan keluarga maupun teman-teman.

Terlalu banyak bekerja sebenarnya lebih banyak mengakibatkan dampak negatif bagi kita, selain kesehatan dan kehidupan pribadi kita yang berkurang, terlalu banyak bekerja juga dapat mengurangi tingkat produktifitas dikarenakan kelelahan dan rasa jenuh akan mengakibatkan menurunnya konsentrasi dan gairah dalam bekerja, tak jarang terjadi kasus kematian di beberapa Negara yang memiliki tingkat jam kerja yang tinggi seperti Jepang dan Tiongkok.

Menurut Pakar emotional intelligence, Travis Bradberry, jam kerja selama 8 jam per hari sudah basi dan tidak efektif lagi untuk diterapkan di dunia kerja.

"Jika kalian ingin bekerja seproduktif mungkin, kalian perlu melupakan pendekatan lama dan menemukan pendekatan baru", kata Travis, seperti dikutip dari Forbes.

Menurutnya, jam kerja 8 jam per hari dimulai di abad ke-18 sebagai upaya untuk mengurangi jam kerja manual para pekerja pabrik. Saat itu, kebijakan tersebut memang merupakan terobosan di masa revolusi industri. Namun demikian, sistem ini dinilai kurang begitu relevan untuk dipergunakan saat ini.

Tapi apakah worklife balance sendiri dapat kita wujudkan ? Atau itu semua hanya mitos ?

Menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi memang sangat sulit, akan tetapi bukan tidak mungkin kita bisa mencapai keseimbangan tersebut, menurut Nurul Inayah Zainuddin, psikolog asal Universitas Airlangga, tidak ada formula khusus untuk menyeimbangkan work life balance itu sendiri, tapi secara umum yang bisa dilakukan adalah dengan manajemen waktu. Bagaimana kita bisa menyusun prioritas dan bagaimana kita bisa mengalokasikan waktu untuk itu semua. 

Hal yang perlu diperhatikan adalah perbedaan prioritas kehidupan dan dinamika tempat kerja mengakibatkan semuanya menjadi sangat relatif, cara pandang seseorang tetang jam kerja pun berbeda-beda, hal ini yang mengakibatkan bagi sebagian orang worklife balance sendiri hanyalah mitos. Tuntuan pekerjaan yang begitu besar serta kemauan "Bos" atau klien yang beragam mengakibatkan gradasi kehidupan kerja dan pribadi menjadi samar. 

Worklife balance sendiri bagai dua sisi mata uang, kita tidak pernah bisa menghindar terhadap kedua situasi tersebut, yang bisa kita lakukan adalah menjalaninya seprofesional mungkin, dan yang perlu diingat profesional bukan hanya sikap yang kita berikan kepada perusahaan,  tapi juga harus kita berikan kepada keluarga dan orang-orang tersayang.

So, menurutmu apakah worklife balance itu mitos atau fakta ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun