Boneka salju
Mixue sebuah perusahaan kuliner yang kini tengah menjadi pusat perhatian publik, dalam kategori tren mixue menjadi tren dalam kuliner dan perusahaan waralaba, istilah Mixueisasi pertama kali saya lihat pada akun instagram @pinterpolitik yang memposting sebuah infografis yang berjudul "Indonesia Alami Mixue-isasi?",Â
dari kata mixue dengan tambahan akhiran -isasi senada dengan globalisasi, islamisasi, modernisasi, akhiran -isasi memiliki fungsi sebagai pembentuk kata benda, akhiran -isasi memiliki arti yang mengarah pada proses, seperti modernisasi yang berarti proses menuju modern.[1]Â
Lalu apakah layak akhiran -isasi digunakan untuk kata yang menjadi nama sebuah perusahaan kuliner, akhiran -isasi yang digunakan untuk sebuah nama industri kuliner sebelumnya sudah ada, yaitu istilah McDonaldisasi dikenalkan oleh Geogre Ritzer dalam bukunya yang berjudul The McDonaldization of Society: Into the Digital Age, istilah McDonaldisasi erat kaitannya dengan, mengingat perusahaan ini pertama kali didirikan di Amerika Serikat, Sistem Amerikanisasi dapat diartikan sebagai proses pembiakan ide, kebiasaan sosial, modal industri Amerika di dunia,[2] apa yang diterapkan McDonald's dalam prinsip bisnisnya yang ditulis Goerge Ritzer (efisiensi, kalkulasi, prediktabilitas, kontrol) merujuk pada budaya amerika yang kemudian disebarkan ke penjuru dunia, Mixue yang sedang populer saat ini juga tampil dengan prinsipnya sendiri, Berbeda dengan prinsip-prinsip McDonaldisasi, Mixue memiliki cara tersendiri -- dengan tidak hanya mengedepankan efisiensi, kalkulabilitas, prediktabilitas, dan kontrol. Mixue juga menerapkan prinsip-prinsip bisnis ala Tiongkok juga. Salah satu di antaranya adalah atau minzi. Kata ini secara literal memang dimaknai sebagai wajah dalam Bahasa Mandarin. Namun, "minzi" juga dapat berarti reputasi atau prestise.Â
Mengacu pada tulisan Guy Olivier Faure dan Tony Fang yang berjudul Changing Chinese Values: Keeping Up with Paradoxes, minzi adalah hal yang sangat penting dijaga -- dengan budaya Konfusianisme yang mengedepankan nilai moral rasa malu.[3] Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Mixueisasi merupakan sebuah proses penyebaran ide, prinsip, gagasan, yang dijalankan oleh industri Mixue secara global yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
 Â
Ketakutan yang terorganisir
Â
Mixue kini tengah menjadi tren kuliner dan perusahaan waralaba di Indonesia, ada dua analisir yang menjemput popularitas bagi mixue.
1. Ciri khas produk China di mana harganya cenderung low cost, namun produknya terbilang bagus karena memang dibuat secara massal.