Di era digital saat ini, kita hidup di tengah arus informasi yang deras, cepat, dan sering kali membingungkan. Timeline media sosial menjadi ruang di mana setiap orang bisa berbicara, berkomentar, bahkan menghakimi. Fenomena seperti cancel culture, fear of missing out (FOMO), doomscrolling, hingga kelelahan digital sudah menjadi bagian dari keseharian banyak anak muda, termasuk mahasiswa seperti saya.
Dalam situasi ini, muncul satu pertanyaan sederhana namun penting: bagaimana cara kita tetap tenang, berpikir jernih, dan tidak terbawa arus emosi di tengah kebisingan digital?
Jawabannya, bagi saya, temen-temen bisa ditemukan melalui buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring --- sebuah karya populer yang memperkenalkan kembali ajaran Stoikisme, atau dalam bahasa sederhananya: filsafat hidup tenang dan rasional.
Stoikisme: Filsafat yang Kembali Relevan
Stoikisme lahir di Yunani sekitar abad ke-3 SM dan dikembangkan oleh tokoh seperti Zeno, Seneca, dan Marcus Aurelius. Tapi menariknya, filosofi kuno ini justru sangat relevan di zaman modern --- terutama dalam menghadapi tekanan hidup, overthinking, dan kegelisahan sosial akibat teknologi.
Henry Manampiring dalam bukunya menulis:
"Stoisisme mengajarkan bahwa kita hanya perlu memusatkan perhatian pada hal-hal yang berada dalam kendali kita, dan tidak perlu cemas berlebihan terhadap hal-hal di luar kendali kita."
(Manampiring, 2018, hlm. 25)
Kalimat itu sederhana, tapi menjadi semacam wake-up call bagi saya pribadi. Karena dalam kehidupan sehari-hari, terutama di media sosial, kita justru sering memikirkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan: komentar orang lain, jumlah likes, citra digital, atau gosip viral yang bahkan tak ada hubungannya dengan diri kita.
Fenomena "Kelelahan Digital" dan Krisis Emosi Kolektif
Fenomena yang paling terasa di kalangan mahasiswa hari ini adalah digital fatigue atau kelelahan digital. Aktivitas akademik dan sosial kini nyaris sepenuhnya bergantung pada layar --- Zoom, WhatsApp, Instagram, TikTok, hingga forum kampus daring.
Kita berpindah dari satu tab ke tab lain tanpa sadar bahwa otak sedang bekerja keras untuk menanggapi begitu banyak stimulus sekaligus. Akibatnya, emosi cepat naik, konsentrasi menurun, dan rasa cemas meningkat.