Mohon tunggu...
Riva Aulia Afkarina
Riva Aulia Afkarina Mohon Tunggu... Universitas Jember

Development Economics'24

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konsumsi Domestik Mendorong Pertumbuhan Layanan Pemasaran Digital di Empat Negara ASEAN

1 Oktober 2025   11:04 Diperbarui: 1 Oktober 2025   11:17 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Konsumsi, Sumber : Pojokjakarta.com

Konsumsi domestik merupakan mesin utama pertumbuhan ekonomi di banyak negara, termasuk kawasan ASEAN. Pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan, dan perubahan pola hidup masyarakat menjadikan konsumsi semakin berperan strategis dalam menciptakan permintaan baru. Data Bain & Company menunjukkan konsumsi domestik ASEAN diprediksi melonjak menjadi US$4 triliun pada 2030, angka yang menggambarkan betapa besarnya kekuatan daya beli masyarakat. Konsumsi ini bukan hanya mencerminkan kemampuan individu membeli barang dan jasa, tetapi juga mengindikasikan perubahan perilaku yang kini semakin dipengaruhi teknologi digital. Dengan adanya internet, konsumsi tidak lagi terbatas pada toko fisik, melainkan meluas ke ruang daring yang memberi kemudahan akses, efisiensi, dan variasi pilihan. Oleh karena itu, konsumsi domestik yang berkembang ini menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan layanan pemasaran digital di negara-negara ASEAN yang terus beradaptasi dengan era ekonomi digital.

Perubahan konsumsi masyarakat ASEAN semakin nyata setelah pandemi COVID-19. Survei McKinsey mencatat bahwa 71 persen pengguna internet di kawasan ini berencana tetap mengandalkan saluran digital untuk konsumsi barang dan jasa, bahkan setelah pandemi mereda. Konsumsi digital tidak lagi menjadi pilihan sementara, melainkan telah bertransformasi menjadi kebiasaan baru. Hal ini tercermin dari meningkatnya transaksi e-commerce, penggunaan aplikasi layanan makanan, belanja kebutuhan harian secara online, hingga konsumsi hiburan digital seperti streaming film atau musik. Konsumsi yang berpindah ke platform digital memaksa perusahaan untuk menyesuaikan strategi pemasaran mereka. Di sinilah pemasaran digital memainkan peran vital, karena ia hadir sebagai jembatan antara perubahan pola konsumsi dan kebutuhan bisnis untuk tetap relevan. Perusahaan yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan konsumsi digital berisiko kehilangan pasar, sementara mereka yang adaptif justru mampu memperluas pangsa dan memperkuat merek.

Konsumsi digital mendorong perusahaan untuk memanfaatkan pemasaran digital secara lebih masif. Aktivitas pemasaran melalui media sosial, mesin pencari, hingga kolaborasi dengan influencer kini menjadi bagian dari strategi inti. Keunggulan utama pemasaran digital adalah kemampuannya menyesuaikan pesan dengan perilaku konsumsi konsumen secara spesifik. Misalnya, melalui data analitik, perusahaan dapat mengetahui produk apa yang sering dicari konsumen, kapan mereka paling aktif berbelanja, hingga preferensi harga yang disukai. Dengan demikian, konsumsi digital tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan ekosistem bisnis yang berbasis pada data. Di sisi lain, konsumen pun diuntungkan karena pemasaran digital menghadirkan pilihan yang lebih relevan dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, konsumsi di era digital bukan lagi sekadar aktivitas membeli barang atau jasa, melainkan juga proses interaktif yang melibatkan pertukaran informasi antara konsumen dan perusahaan.

Indonesia menjadi contoh paling nyata bagaimana konsumsi domestik mendukung pertumbuhan layanan pemasaran digital. Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan sekitar 200 juta pengguna internet, konsumsi digital di Indonesia berkembang pesat. Sektor e-commerce menjadi tulang punggung, dengan kontribusi besar terhadap ekonomi digital yang diprediksi mencapai US$124 miliar pada 2025. Konsumsi masyarakat Indonesia di platform digital tidak hanya terbatas pada barang konsumsi sehari-hari, tetapi juga merambah ke layanan transportasi online, pembayaran digital, hingga konten hiburan. Namun, tantangan tetap ada, mulai dari ketimpangan infrastruktur internet, regulasi yang fluktuatif, hingga keterbatasan sumber daya manusia dalam mengelola teknologi pemasaran digital. Meski begitu, konsumsi domestik yang terus tumbuh menjadi alasan kuat mengapa Indonesia menjadi pasar paling menarik bagi investasi layanan pemasaran digital di ASEAN.

Malaysia menampilkan dinamika yang berbeda namun tetap menunjukkan pentingnya konsumsi domestik dalam mendorong pemasaran digital. Dengan pendapatan per kapita tertinggi di ASEAN, masyarakat Malaysia memiliki daya konsumsi yang kuat. Penetrasi internet yang mencapai 88 persen dari total populasi menjadikan konsumsi digital semakin dominan. Pertumbuhan e-commerce ritel di Malaysia bahkan tercatat sebagai salah satu yang tertinggi di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Malaysia sangat terbuka terhadap inovasi dan layanan digital. Namun, persaingan ketat dengan pemain global serta keterbatasan talenta digital menjadi tantangan. Meski demikian, konsumsi domestik yang stabil memberikan kepastian pasar bagi perusahaan yang ingin mengembangkan layanan pemasaran digital. Kondisi ini memperlihatkan bahwa konsumsi bukan hanya tentang pengeluaran rumah tangga, tetapi juga sebuah sinyal ekonomi yang mendorong ekosistem digital berkembang lebih cepat.

Filipina juga menegaskan bagaimana konsumsi domestik berperan penting dalam pertumbuhan digital marketing. Dengan populasi lebih dari 110 juta jiwa dan pertumbuhan ekonomi stabil sekitar 6 persen per tahun, konsumsi masyarakat Filipina menjadi pendorong utama transformasi digital. Fakta menarik, Filipina memiliki tingkat konsumsi media sosial tertinggi di dunia, dengan rata-rata penggunaan lebih dari 4 jam per hari. Artinya, konsumsi digital di Filipina tidak hanya terkait belanja daring, tetapi juga gaya hidup masyarakat yang sangat sosial dan interaktif. Kondisi ini memberi peluang besar bagi pemasaran digital untuk berkembang. Tantangan utamanya adalah kualitas internet yang belum merata dan biaya akses yang tinggi, sehingga konsumsi digital belum sepenuhnya inklusif. Namun, dengan potensi besar konsumsi masyarakat yang terhubung secara sosial, Filipina tetap menjadi pasar prospektif bagi layanan pemasaran digital di ASEAN.

Thailand melengkapi gambaran bagaimana konsumsi domestik di ASEAN mendukung pertumbuhan layanan pemasaran digital. Sebagai negara dengan sektor pariwisata terbesar, konsumsi di Thailand bukan hanya datang dari masyarakat lokal, tetapi juga dari wisatawan internasional. Penetrasi internet mencapai 82 persen populasi, sehingga konsumsi digital berkembang pesat di berbagai sektor, terutama e-commerce dan pariwisata daring. Konsumsi masyarakat Thailand terhadap layanan digital memperkuat posisi negara ini sebagai pasar strategis bagi perusahaan. Namun, ketidakstabilan politik dan regulasi yang ketat sering kali menghambat fleksibilitas sektor digital. Meskipun begitu, konsumsi domestik tetap menjadi pilar penting yang menjamin adanya permintaan berkelanjutan. Dari keempat negara ASEAN ini, terlihat jelas bahwa konsumsi adalah penggerak utama ekonomi digital sekaligus faktor kunci keberhasilan pemasaran digital. Tanpa konsumsi domestik yang kuat, layanan digital marketing tidak akan memiliki daya dorong sebesar yang kita saksikan saat ini.

Referensi : https://pojokjakarta.com/2023/09/23/konsumsi-domestik-mendorong-pertumbuhan-layanan-pemasaran-digital-di-empat-negara-asean/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun