Mohon tunggu...
Rita Kum
Rita Kum Mohon Tunggu... Pramusaji - Pramusaji

Perempuang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar "Urip Iku Urup" dari Pendiri Kampoeng Batja

30 Mei 2018   09:06 Diperbarui: 30 Mei 2018   10:04 1841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kradiojember.com

Urip iku Urup. Hidup itu Nyala. Hidup itu harus bermanfaat bagi orang lain. Sejak dahulu para leluhur mengajarkan agar kita selalu menyebarkan kebaikan bagi sesama.

Falsafah itu begitu tertancap sehingga masyarakat Indonesia dikenal dengan ciri khas inovasinya yang mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Seperti halnya yang dilakukan oleh Iman Suligi, seorang pensiunan guru yang mendirikan Kampoeng Batja di Patrang, Jember.

Dialah Iman Suligi, seorang yang dikenal gemar membaca sejak kecil. Ketika sekolah dulupun dia diberi amanah menjaga perpustakaan sekolah berkat kegemarannya membaca.

Iman Suligi memiliki obsesi mengubah paradigma masyarakat agar lebih termotivasi untuk membaca.

Baginya, sejak dini seseorang harus mulai dikenalkan dengan buku. Baik ilmu pengetahuan, maupun buku bacaan, sehingga ketika dewasa, kemandirian akan lahir dengan sendirinya.

Sehingga tanpa disuruh atau dibantu orang lain, mampu mengerjakan tugas-tugas sekolah. Dan ini semua kini telah terwujud dengan adanya Kampoeng Batja yang telah dibangunnya.

Bila memasuki lingkungan RW V Kelurahan Jember Lor, Patrang, tepatnya di pertigaan Jalan Nusa Indah dan Jalan Manggis, akan terpampang tulisan cukup besar di atas gapura.

Tertulis kata "Kampoeng Batja" yang terpasang dengan latar putih. Dilihat dari namanya, bisa ditebak bahwa lingkungan atau kampung ini dicita-citakan untuk membentuk masyarakat yang cinta membaca.

Kampoeng Batja, menjadi bentuk pengejawantahan falsafah urip iku urup. Dari sini Iman Suligi membawa kemanfaatan bagi lingkungan luas.

Mulai dari peningkatan minat membaca, mewujudkan wisata literasi yang ramah, dan menginspirasi anak negeri.

Ketika kita berkunjung ke Kampoeng Batja, hasrat untuk membaca akan tumbuh. Mengapa demikian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun