Bogor - Dalam dunia pendidikan Indonesia, kepala sekolah sering dijadikan tokoh sentral, dialah yang "memegang kemudi" dan menentukan arah organisasi sekolah. Namun, apakah kepala sekolah masa kini benar-benar mampu menerjemahkan teori yang dipelajari di kelas menjadi praktik efektif di lapangan? Dari pengalaman dan pengamatan, terdapat jurang antara idealisme teori kepemimpinan sekolah dan realitas tantangan di Indonesia. Opini ini mencoba menyandingkan teori kepemimpinan dengan praktik sekolah di Tanah Air, lalu menawarkan rekomendasi agar kepemimpinan kepala sekolah lebih adaptif, bermakna, dan transformatif.
Teori Kepemimpinan & Relevansinya di Sekolah
Dalam kuliah Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan, kita mempelajari beberapa teori klasik dan modern: teori sifat (trait theory), teori perilaku (behavioral theory), teori situasional dan kontingensi, hingga teori transformasional dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership).
Teori sifat menekankan karakteristik bawaan pemimpin, misalnya integritas, keberanian, kecerdasan emosional (Robbins & Judge, 2019). Namun, dalam konteks sekolah di Indonesia yang sangat heterogen, sifat bawaan saja tidak cukup.
Teori perilaku menaruh fokus pada apa yang dilakukan pemimpin: gaya kepemimpinan otoriter, demokratis, atau laissez-faire. Studi di sekolah menunjukkan bahwa gaya demokratis  yang melibatkan guru dalam pengambilan keputusan  cenderung menghasilkan iklim sekolah yang positif dan kinerja guru lebih baik (Sari, 2021).
Teori situasional atau kontingensi mengajarkan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada konteks: situasi internal sekolah, karakteristik guru, kondisi sumber daya, budaya lokal, dan tekanan eksternal (Hersey, Blanchard & Johnson, 2013).
Kepemimpinan transformasional atau pemimpin sebagai agen perubahan dianggap sangat relevan di era pendidikan modern. Kepala sekolah yang mampu memunculkan visi, memotivasi, memberdayakan staf, dan menciptakan inovasi cenderung memajukan kualitas sekolah (Bass & Riggio, 2006). Penelitian di Indonesia juga menemukan bahwa kepemimpinan transformasional berkontribusi positif pada iklim sekolah, praktik pengajaran, dan hasil belajar siswa (Nisa, 2022).
Selain itu, konsep kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) juga menjadi sorotan: kepala sekolah bukan hanya manajer administratif, tetapi juga pengembang profesionalisme guru dan fasilitator inovasi kelas. Dalam konteks "Merdeka Belajar", kepala sekolah memiliki peran penting dalam mendorong guru melakukan pembelajaran aktif, kreatif, serta kolaboratif (Fauziah, 2022).
Realitas Tantangan Kepemimpinan Kepala Sekolah di Indonesia
Meski teori cukup kaya, praktik di lapangan penuh rintangan. Beberapa di antaranya: