Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Luna, Adab yang Terlanggar?

22 Desember 2009   14:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:49 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_41918" align="alignleft" width="293" caption="Ini Luna yang tidak maya, karena benar-benar ada (Foto oleh Penulis)"][/caption]

Saya tidak banyak mengikuti berita tentang perseteruan antara Luna Maya dan para “kuli tinta” infotainment yang mengadukan Luna ke polisi karena curhat-nya lewat media maya twitter. Pertama karena saya tidak begitu suka dengan berita-berita infotaiment yang kadang sensasional, tapi juga karena kesibukan yang menyita waktu sehingga berita yang “menghebohkan” itu terlewat begitu saja, bahkan saya perhatikan artikel mengenai hal ini sudah dua kali menjadi headlines di Kompasana, mungkin lebih. Tapi saya tergerak untuk menulis artikel tentang berita ini karena ada sesuatu yang mengganjal pikiran saya dan saya ingin sekedar berbagi dengan teman-teman para Kompasianer yang budiman, mudah-mudahan ada manfaatnya.

Mendengar berita tadi pagi dan sore ini, saya mencatat bahwa masyarakat terbelah dua menanggapi kasus ini, ada kubu yang mendukung Luna agar kasusnya tidak diteruskan ke polisi, dan ada kubu yang lain, yang membela para “kuli tinta” infotainment yang merasa dipermalukan oleh curhat-nya Luna Maya di jejaring twitter. Agak mencengangkan bahwa Bambang Harymurti, seorang wartawan senior, terang-terangan membela Luna, dan tidak berfihak kepada rekan-rekannya seprofesi.

Marilah kita cermati kasus ini dengan kepala dingin. Menurut saya, kasus ini berbeda dengan kasus Prita yang akhirnya berujung damai, meskipun para pengadu sama-sama menggunakan undang-undang yang sama, yaitu UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Kasus Prita mengadapkan yang bersangkutan pada sebuah institusi pelayanan publik (rumah sakit) yang bermodal raksasa, sehingga menarik simpati banyak fihak. Sedangkan kasus Luna tidak persis sama, karena keduanya mempunyai tingkat yang agak berimbang. Keduanya adalah subyek dan obyek berita, terutama berita-berita yang terkait dengan sensasi. Saya bisa memprediksi, mungkin kedua kubu ini kekuatannya bisa seimbang, tidak seperti kasus Prita yang mayoritas pada umumnya mendukung Prita yang dianggap sebagai fihak yang terzalimi.

Terlepas dari akhir kasus ini, apakah akan berakhir damai seperti kasus Prita, atau akan berlanjut kedalam kisah yang lebih seru lagi, tapi ada dua hal yang saya amati dan saya kira bisa menjadi pelajaran buat kita.Pertama, dua-duanya menurut saya terlalu berlebihan dalam beberapa hal. Para pemburu berita mungkin terlalu mendesak dan mengejar obyek berita (jadi ingat para paparazzi yang mengakibatkan kematian Lady Di). Dilain fihak, Luna melampiaskan kekesalannya dengan terlalu berlebihan dan emosional, sehingga menimbulkan reaksi yang demikian besar. Kesimpulannya, keduanya telah sama-sama melanggar adab, kesopanan dan kepatutan. Pelajaran yang kedua, dan ini yang menyebabkan orang menyetarakan kasus ini dengan kasus Prita, adalah, keduanya menggunakan media maya, yaitu jejaring pertemanan melalui internet. Internet adalah media yang relatif baru di Indonesia, bahkan di dunia. Mengakrabi dunia maya memang menjadi trend budaya kita saat ini, yang mau tidak mau akan bersinggungan dengan tata krama dan adab yang mungkin berbeda dengan media lain yang sudah kita gunakan sebelumnya, misalnya media komunikasi langsung atau tidak langsung (lewat tilpon).

Untuk hal yang kedua ini saya serahkan saja kepada para pakar komunikasi bagaimana meramunya agar pengaturannya bisa memuaskan semua fihak dan tidak ada yang dirugikan. Tapi untuk masalah adab, rasanya kita perlu belajar dari kasus Luna Maya ini agar kasus ini tidak terulang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun