Mohon tunggu...
Risma Indah L
Risma Indah L Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan penikmat hobi

Menulis mencoba menginspirasi Mendidik mencoba memberdayakan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Antara Bangga dan Sedih Jadi Fans Manchester United

22 Oktober 2019   01:13 Diperbarui: 22 Oktober 2019   01:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman menginjakkan kaki di Old Trafford tahun 2017 lalu, adalah yang tak terlupakan bagi saya. Bagaimana tidak? Sebuah kebanggaan mengingat MU adalah klub legendaris, dengan total juara liga primer 20 kali dan dengan basis pendukung salah satu atau mungkin yang terbesar di dunia.

Sekian banyak pemain kelas dunia pun pernah berkontribusi bagi klub ini.Begitupun dengan sang mantan pelatih "Fergie" yang begitu legendaris dengan masa bakti hampir 26 tahun

Menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dari Hull menggunakan kereta api (ketika itu saya numpang di apartemen adik saya di Kingston upon Hull), dan jika ditempuh dengan kereta api dari London lama perjalanan kurang lebih sama. 

Kedatangan saya tanggal 24 Juni 2017 di Old Trafford bertepatan dengan jeda libur musim panas, sehingga saat itu tidak ada pertandingan.  Tetapi kami bisa melakukan tour stadion dan museum. Di museum Old Trafford kita dapat melihat deretan trofi yang dimenangkan MU baik di ajang liga primer maupun pertandingan skala internasional lainnya seperti Liga Champion.

Kita juga dapat melihat macam macam jersey yang pernah dipakai pemain MU dari masa ke masa. Kami juga mendapat kesempatan untuk memasuki ruang ganti pemain. Wow...membayangkan pemain seperti David Beckham, Wayne Rooney, Zlatan Ibrahimovic , dan Ronaldo pernah duduk di ruangan ini

Foto: dok pribadi
Foto: dok pribadi

Satu bagian dari tour yang sangat berkesan adalah ketika kami para pengunjung diajak berbaris untuk memasuki stadion membetuk formasi layaknya pemain MU yang akan bertanding. Suara musik dan suara pembawa acara begitu gegap gempita seolah- olah kami ini pemain yang akan segera masuk stadion disambut puluhan ribu penggemar yang riuh rendah. Pengalaman yang sungguh tak terlupakan. 

Bagi saya seorang fans yang memulai di tahun 1998an  tentunya melihat performa MU saat itu dan sekarang sangat jauh berbeda. Betapa merindingnya saya ketika berada di Old Trafford, stadion kedua terbesar di Inggris itu, untuk menjadi saksi betapa hebatnya sebuah klub sepakbola yang legendaris dan disegani, bermarkas di stadion itu. Tetapi sayangnya saat ini sang legenda dalam posisi jatuh bangun.

Menyaksikan pertandingan Minggu malam kemarin kontra musuh bebuyutan Liverpool memang berakhir imbang 1-1 alias tidak kalah. Tetapi tentunya bukanlah hasil yang memuaskan.

Saya sungguh heran melihat betapa performa pemain MU sangat tidak stabil. Babak pertama cukup mengesankan dengan daya juang yang luar biasa tinggi, membuat The Reds cukup kewalahan. Meskipun diwarnai gol yang kontroversi, babak pertama seakan membuat para fans setidaknya mampu tersenyum.

Sayangnya apa yang kita saksikan di babak ke dua bagi saya sungguh menggemaskan. Entah kemana menghilangnya gaya permainan sebelumnya. Lini pertahanan  MU benar benar dibombardir. Pemain Liverpool sangat leluasa bergerak  dan akhirnya sebuah gol memang pantas untuk The Reds. Itupun untung saja gol Liverpool dibabak pertama dianulir wasit , jika tidak MU cukup menelan hasil kosong dan gigit jari. 

Liga primer musim 2019-2020 memang baru memasuki pekan ke -9. Tetapi MU 'sukses' meluncur menduduki peringkat 13. Jauh berada di bawah sang rival tetangga City, dan beberapa peringkat di bawah  klub sekelas Burnley dan Bournemouth. 

Sejauh pengamatan saya sebagai fans yang bukan ahli strategi sepakbola, memang MU dilanda badai cedera tetapi saya melihat pemain lapis dua MU juga sangat jauh dari harapan. Belum lagi krisis di lini depan. Hampir tidak ada striker andalan yang benar benar stabil dan tajam untuk mencetak gol.

Daniel James dan Rashford masih belum bisa menemukan pola permainan yang lebih ajeg . Begitupun ketika rashford berduet dengan Martial, apalagi dengan Greenwood. Terasa belum seperti duet yang mematikan. 

MU terkesan begitu kalang kabut dan kesulitan bahkan untuk menghadapi tim-tim yang semestinya berkelas di bawahnya. Sebut saja tiga laga terakhir melawan Crystal Palace, Southampton, dan Newcastle. Tidak dapat digunakan untuk meraih poin 3 , yang terjadi adalah hasil yang kebalikan. Padahal dalam statistik penguasaan bola, MU sebenarnya tidak buruk. 

Beberapa performa menggemaskan juga saya saksikan saat berlaga di penyisihan Liga Eropa melawan FC. Astana dan AZ. Alkmaar. Rival MU di grup L mestinya bukan kelas berat. Kenyataannya di putaran pertama meskipun meraih satu kali kemenangan tipis kontra Astana dan satu kali seri melawan Alkmaar performa MU saya nilai belum memadai.

Cukup banyak peluang yang diciptakan terbuang begitu saja. Entah karena terkesan terlalu terburu buru  atau ketajaman naluri mencetak gol yang belum terasah. Pastinya fans berharap paling tidak untuk Liga Eropa MU bisa menggondol trofi. Tentunya bukan hal mudah mengingat beberapa tim liga Inggris juga berada di sana. Sebut saja Arsenal dan Wolves menjadi rival yang berat mengingat performa MU saat ini yang memburuk.

Aliran bola dari belakang ke lini serang juga sering mengalami hambatan. Sebut saja Young dan Fred dengan umpan mereka yang sering tidak akurat dan boleh dikatakan cukup sering kehilangan bola. Berkali- kali saya  lumayan jengkel melihat penampilan 2 orang pemain ini. 

Akhirnya apakah sang legenda bisa bangkit dari keterpurukannya? 9 pekan ini mungkin belum bisa menyimpulkan bagaimana nasib MU di musim ini. Setidaknya sebagai fans merasa cukup khawatir dengan posisi MU saat ini.

Strategi Solkjaer untuk lebih memberdayakan pemain muda nampaknya masih diuji untuk membuktikan performanya. MU sekiranya butuh paling tidak striker senior  yang membuat permainan menjadi lebih kreatif, disamping memperkuat lini pertahanan yang sebenarnya sudah lumayan jauh membaik. 

Beberapa pemain muda sebenarnya cukup potensial. Seperti Daniel James yang pada laga kontra liverpool kemarin menjadi man of the match dan itu sangat pantas menurut saya.

Badai cedera memang menjadi masalah, tetapi setidaknya kalau MU mau bermain dengan daya juang seperti  babak pertama melawan Liverpool kemarin mestinya MU bisa bangkit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun