Menjadi seorang ibu sekaligus merawat anak dengan epilepsi itu tidak mudah ya, ayah dan bunda. Terlebih banyak hal yang harus dilalui dan memerlukan banyak dukungan dari orang terdekat terutama keluarga. Saya ingin berbagi atau sharing pengalaman bagaimana mendampingi anak bayi dengan epilepsi. Hal ini sangat tidak mudah dilalui. Karena awam tentang epilepsi, awalnya saya mengira epilepsi ini penyakit karena genetika. Sementara di keluarga tidak ada yang mengidap epilepsi, tentu rasanya sangat berat saat itu mendengar kalau anak bayiku sakit epilepsi. Di usia yang bisa dibilang sedang lucu-lucunya tiba-tiba kejang tanpa sebab. Waktu kejang secara spontan saya sendiri langsung terbelak dan bertanya-tanya ada apa dengan anak saya? melihat kejang laiknya tak bernafas. Lantas saya segera meminta pertolongan. Peristiwa ini merupakan kejang yang pertama di usia sekitar 8 bulan. Lalu selang sebulan selanjutnya tidak kejang, namun di awal bulan kemudian kejang kembali. Akhirnya saya memutuskan untuk segera membawa ke dokter spesialis anak dan dokter spesialis saraf. Saat itu saya ditanya, sudah berapa kali anak saya kejang dan saya menjawab 2 kali kejang. Lalu dokter menyarankan agar anak bayiku diperiksa EEG ( Electroencephalography). Saat itu, mencari rumah sakit atau dokter yang membuka praktik EEG sulit di temukan, kekhawatiran saya semakin meningkat. Namun, alhamdulillah tak lama selang berapa hari saya temukan klinik yang menyediakan pemeriksaan EEG. Saat melakukan pemeriksaan EEG anak harus dalam kondisi tidur, ini cukup memakan waktu lama karena saat itu bayiku rewel dan menangis pada saat pemeriksaan. Tak lama hasilnya keluar dan benar kalau anak bayiku terserang epilepsi. Jujur saja saat itu saya merasa sangat sedih dan rasanya sangat berat sekali, anak bayiku sakit epilepsi. Karena sakit ini banyak mempengaruhi lainnya yaitu tumbuh kembang anak. Beruntungnya saya selalu di motivasi oleh dokter, penanganannya cukup cakap dan cepat sehingga anak masih bisa dibilang hanya terserang sedikit gelombang listrik epilepsinya. Jika rutin melakukan pengobatan dan selalu sigap mendampingi anak insya'a Allah bisa sembuh.Â
Selama kurang lebih 3 tahun alhamdulillah, anak saya dikatakan sembuh oleh dokter yang menanganinya. Dan harus menunggu hingga 5 tahun jika tidak kejang kembali, anak saya sembuh total seperti anak normal lainnya. Waktu yang cukup lama, ditambah harus menemaninya di klinik tumbuh kembang anak terapi jalan sebab pengaruh dari epilepsi. Ihwal dari sebuah perjuangan, alhamdulillah anakku sembuh dari epilepsi. Begitu kurang lebih ceritaku tentang anak bayiku yang terkena epilepsi ya, ayah dan bunda. Namun, untuk lebih jelasnya apa itu epilepsi saya akan sedikit memaparkan apa yang saya peroleh dari dokter tentang apa itu epilepsi dan bagaimana mendampingi anak dengan epilepsi? dan ditunjang dengan literatur lainnya.
Menurut KBBI, epilepsi adalah penyakit pada pusat susunan saraf yang timbul sewaktu-waktu berupa kejang disertai pingsan atau sering disebut dengan ayan atau sawan. Sedangkan secara bahasa, epilepsi berasal dari bahasa Yunani kuno (epilepsia), dari kata (epi) "atas" dan (lambanein) "mengambil". Sebab, saat itu epilepsi dipandang sebagai sesuatu yang berhubungan dengan dunia supranatural.Â
Epilepsi secara umum, epilepsia atau kejang adalah gangguan neurological yang ditandai dengan timbulnya kejang-kejang yang terjadi merupakan tanda atau simtom dari aktivitas saraf otak yang abnormal, berlebihan, atau hipersinkronos. Adapun faktor penyebab terjadinya kejang atau epilepsi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor neuro saraf, genetik, kejang, dan faktor lainnya. Untuk kejang sendiri bisa terjadi secara tiba-tiba atau tanpa sebab. Maka, ini perlu sangat diperhatikan apabila melihat anak ayah dan bunda tiba-tiba kejang. Sementara, pengaruh epilepsi pada tumbuh kembang anak sangat kentara sekali terutama keadaan tubuh terlihat lemas dan pucat, gigi tumbuh cukup lama, keterlambatan jalan dan pengaruh pada kondisi sosial anak seperti kurangnya percaya diri dan lainnya.
Dalam menghadapi tumbuh kembang anak terutama dalam mengahadapi masalah yang berkaitan dengan adaptasi sosial, ayah dan bunda bisa melakukan stimulus dan mengajarkan tentang bagaimana cara beradaptasi, yaitu :
1. Menumbuhkan percaya diri pada anak dengan membantu anak agar merasa kompeten dalam belajar.
2. Mendorong kemandirian anak di rumah.
3. Berdiskusi dengan anak, baik tentang hal yang disukai anak atau bisa mengajak berdiskusi tentang hal-hal yang berkaitan dengan epilepsi.