Mohon tunggu...
Riska Rositamala
Riska Rositamala Mohon Tunggu... Petani - Rositamala

Fighting

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Permasalahan Lahan dan Tenaga Kerja pada Komoditas Kakao

6 Mei 2021   10:18 Diperbarui: 6 Mei 2021   10:58 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

LATAR BELAKANG

Tanaman kakao merupakan komoditas perkebunan yang cukup berperan penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan nasional di Indonesia setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, dan kelapa.  Indonesia menjadi produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading dan Ghana, dilihat dari segi kualitas kakao Indonesia tidak kalah unggul dengan kakao pada tingkat dunia apabila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa yang setara dengan kakao yang berasal dari Ghana.

Kelebihan dari kakao Indonesia sendiri yaitu mempunyai tekstur dan kakao yang tidak mudah meleleh. Hal tersebut menjadikan peluang pasar kakao Indonesia sangat terbuka baik dalam ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Menurut Soekartawi (2003: 14) aspek penting yang dimasukkan dalam klasifikasi sumberdaya pertanian adalah aspek alam (tanah), modal, dan tenaga kerja.Di  Indonesia sendiri memiliki potensi sumber daya lahan yang cukup luas namun masih belum dimanfaatkan secara optimal. Pengembangan produktivitas pada komoditas kakao terdapat beberapa permasalahan dari sektor huli hingga hilir. Salah satunya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi antara lain luas lahan, dan tenaga kerja. Luas lahan pada tanaman kakao di Indonesia tiap tahun terus mengalami pertambahan, semakin luasnya lahan berjalan seiringan dengan peningkatan produksi tanaman kakao.

Menurut Safuan dkk. (2013) pada tahun 2010 perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 950 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di kawasan timur Indonesia. Menurut Rubiyo dkk. (2012), saat ini areal pengembangan kakao di Indonesia meliputi provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Pertumbuhan produksi kakao di Jawa Timur memiliki pertumbuhan yang positif dilihat dari hasil produksi dan luas areal pada tahun 2013 -- 2015, menurut Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (2015), komoditi kakao dikembangkan pada Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PTPN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) XII merupakan salah satu perkebunan negara yang sedang mengembangkan dalam pembudidayaan tanaman, PTPN ini membudidayakan dua jenis kakao yaitu kakao bulk serta kakao mulia.

Pada PTPN XII Kebun Renteng yang terdapat di Kabupaten Jember terletak di wilayah II dan merupakan wilayah kontribusi juga produksi  terbesar diantara wilayah lainnya. Namun dibalik tingkat produktivitas paling tinggi yang telah didapatkan terdapat faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target produksi mutu kakao mulia di PTPN XII Kebun Renteng. Salah satu penyebab tidak tercapainya produksi mutu kakao mulia di PTPN XII Kebun Renteng ini seperti SDM dan lingkungan atau lahan. Dalam permasalahan ini tentunya memilik akar permasalahan dari penyebab tidak tercapainya produksi mutu kakao yang baik.

Penurunan Luas Lahan Produktif

Faktor yang mempengaruhi produksi tanaman kakao salah satunya adalah luas lahan, dimana luas lahan sendiri merupakan faktor produksi yang mempunyai kedudukan penting dalam sektor pertanian. Luas lahan sendiri merupakan luas penguasaan lahan pertanian biasanya berupa  tanah garapan dalam proses produksi ataupun usahatani dan juga dalam usaha pertanian. Perkembangan luas lahan kakao di Indonesia yang produktif pada tahun 2012-2016, perkembangan ini tiap tahunnya mengalami fluktuasi dan pada tahun 2014 mengalami penurunan mecapai -9,9%. Penurunan luas lahan produktif  juga disebabkan karena kondisi tanah yang kurang baik salah satunya kurang dan kondisi iklim  atau cuaca yang tidak mendukung untuk dilakukan budidaya kakao. Dengan kondisi tersebut walaupun masih ada peningkatan namun, beberapa tahun ini lahan produktif terus mengalami penurunan.Biasanya dikarenakan adanya alih fungsi lahan dimana pada kondisi saat ini banyak lahan sawah di perkotaan bahkan di pedesaan berkurang seperti banyak lahan sawah yang dijadikan perumahan, perumahan, perkantoran, dan gedung-gedung lainnya. Kondisi tersebut sangat berdampak pada proses budidaya dan hasil produksi tanaman kakao yang ada di Indonesia, luas lahan berjalan secara beriringan dengan hasil produksi, semakin berkurang luas lahan kakao maka produksi kakao juga akan semakin berkurang dan sulit mengalami peningkatan.

Soekartawi (2002) menyatakan bahwa pada usahatani yang memiliki lahan yang luas sering terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan teknologi dimana semakin luas lahan yang digunakan untuk usaha pertanian maka akan semakin tidak efisien penggunaan lahan tersebut. Sebaliknya pada lahan sempit pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik. Penggunaan tenaga kerja tercukupi dan juga ketersediaan modal juga tidak terlalu besar sehingga kegiatan usaha pertanian lebih efisien.

Rendahnya Kualitas Tenaga Kerja

Dalam sektor pertanian tenaga dalam faktor produksi sangat berperan penting dalam keberhasilan suatu peningkatan produktivitas pertanian. Dimana berjalannya suatu proses dan keberhasilan dalam produktivitas perlu adanya bantuan dari manusia, karena segala kegiatan dalam peningkatan produktivitas perlu adanya campur tangan oleh manusia. Dalam tenaga kerja tidak hanya dilihat dari jumlahnya namun juga dilihat dari segi kualitasnya seperti tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja kasar. Menurut Todaro (2003: 93) bahwa jumlah tenaga kerja yang besar akan menambah jumlah tenaga kerja yang produktif dan akan meningkatkan jumlah produksi serta memberi dampak positif terhadap pembangunan. Dalam pencapaian hasil yang dibutuhkan dalam tenaga kerja tidak hanya bergantung pada jumlah tenaga kerja yang digunakan, namun juga bergantung pada kualitas atau mutu dari tenaga kerja itu sendiri. Mutu tenaga kerja sendiri merupakan salah satu penyebab perubahan nilai produktivitas, dimana tinggi rendahnya produktivitas sangat tergantung pada mutu dari tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi itu sendiri. Manusia bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa, sebagai produsen penghasil barang dan jasa, manusia dalam kelompok ini merupakan tenaga kerja produktif, kondisi saat ini yang terjadi adalah semakin menurunnya kemampuan negara dalam menyediakan lapangan kerja bagi penduduknya dan dalam menyediakan kesempatan kerja sendiri terus menurun di sektor pertanian.

Kondisi ini juga menjadikan jumlah tingkat pengangguran baik daerah kota maupun wilayah pedesaan, sehingga mengakibatkan kondisi ekonomi dan tingkat pendapatan menurun, masyarakat sulit untuk mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran karena masalah perekonomian. Seperti yang terdapat dalam PTPN XII Kebun Renteng yang berada di Jember, faktor SDM sangat berpengaruh dalam permasalahan tidak tercapainya target produksi mutu kakao mulia yang sudah direncanakan pada tahun 2014-2015. Pengaruh SDM ini salah satunya adalah tenaga kerja lepas yang berada daerah ini adalah tenaga kerja yang mempunyai tempat tinggal yang tidak jauh dari lokasi atau berada disekitar wilayah kebun. Pada pemilihan tenaga kerja lepas ini tidak ada seleksi khusu seperti layaknya pada penerimaan karyawan pada umumnya, karena dalam penerimaan tenaga kerja ini didasarkan asas gotong royong dan kekeluargaan. Tenaga kerja lepas yang diterima ini pun tidak melihat dari segi usia, jenis kelamin, pengalaman ataupun pendidikan karena tidak terdapat ketentuan khusus. Sehingga terdapat pekerja yang memiliki usia tidak produktif kondisi seperti ini juga dapat berdampak pada keefektifan dan peningkatan produktivitas. Seperti halnya pada  kegiatan sortasi yang dilakukan di pabrik dimana kegiatan ini membutuhkan ketelitian yang tinggi untuk membedakan mana biji yang dapat masuk ke mutu tinggi dan mana biji kakao yang dapat masuk ke mutu dibawahnya, untuk tenaga kerja yang usia tidak produktif tentunya dapat memungkinkan mengalami beberapa permasalahan keterbatasan penelitian, pada saat pengamatan, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun