Mohon tunggu...
Riska Yuliyanti
Riska Yuliyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa perbankan syariah yang memiliki ketertarikan mendalam pada dunia kreatif, terutama di bidang fotografi dan tipografi. Antusias dalam mengeksplorasi teknik editing untuk menyampaikan pesan melalui gambar dan teks.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa (Alvi Syahrin)

18 Desember 2024   17:53 Diperbarui: 18 Desember 2024   18:06 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengarang: Alvi Syahrin

Editor: Tesara Rafiantika

Penerbit: Gagas Media

Tahun terbit: 2019 (cetakan kedua)

Jumlah halaman: 236 halaman

ISBN: 978-979-780-948-5

Tentang Penulis

Alvi Syahrin seorang penulis yang lahir pada tahun 1992 di Jawa Timur. Beliau aktif menulis sejak remaja melalui social media nya seperti Wattpad, Instagram, Twitter dan Quorra. Hasil dari tulisannya beberapa sudah diterbitkan seperti "jika kita tak pernah jadi apa-apa" serta "insecurity". Dengan melalui tulisannya, penulis berharap agar dapat menjadi penenang bagi para pembaca terkhususnya bagi yang sedang mengalami kegelisahan dalam kehidupan, karena beberapa dari buku yang ditulis berisikan tentang penyemangat dan realita kehidupan agar terus dijalani.

Tentang Buku

Buku ini membahas tentang self development dan berkaitan dengan pribadi diri kita yang mungkin masih saja mengkhawatirkan bagaimana selanjutnya dari kehidupan ini atau pada saat umur 25 harus menjadi apa dan bagaimana jika tidak jadi apa-apa di beberapa tahun mendatang. 

Banyak kegagalan yang menjadikan sesorang mudah untuk menyerah dan berakhir manyalahkan takdir dan keadaan dengan dalih aku sebagai korban. Mungkin dapat juga berawal dari banyaknya standar yang digaungkan oleh beberapa orang dalam social media sehingga setiap kali melihat orang sukses diri kita merasa pesimis tidak akan pernah bisa seperti mereka, hal tersebut seharusnya dapat memotivasi kita untuk menciptakan kesuksesan versi diri kita dan mematahkan standar kesuksesan dari orang lain. 

Pembagian buku ini terdapat 24 pembahasan tentang bagaimana seharusnya kita dalam menjalankan kehidupan dan mendapatkan pekerjaan. Namun, beberapa pembagian yang terkesan menarik menurut saya, diantaranya:

Bagian 2: "Bu, Aku Gagal Masuk Universitas Negeri." 

Bagian 8: Apakah Kuliah itu Penting?

Bagian 12: Kenapa Pendidikan di Indonesia Begini Banget?

Gambaran Isi Buku

Bagian 2: "Bu, Aku Gagal Masuk Universitas Negeri."

Fenomena kegagalan ketika akan memasuki universitas negeri seringkali menjadi olokan orang-orang, sebab tidak dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan bergengsi. Selain itu, kebanyakan dari para masyarakat mengira bahwa impian masuk ke universitas negeri merupakan sebuah langkah yang sering dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan.

Penulis pada bagian ini mengajak kepada para pembaca untuk melihat lebih jauh dan menemukan hikmah yang tersembunyi di balik peristiwa tersebut. kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Bahkan, kegagalan dapat menjadi titik awal dari pencarian diri yang lebih dalam, dan seringkali memberikan pelajaran berharga yang tidak bisa didapatkan melalui keberhasilan semata. Keberhasilan tidak hanya diukur dengan ukuran yang baku, seperti universitas bergengsi atau pencapaian akademis semata. Sebaliknya, keberhasilan sejati lebih banyak ditentukan oleh bagaimana kita menghadapi kegagalan, bagaimana kita belajar dari kesalahan, dan bagaimana kita terus maju dengan semangat yang tidak pernah padam.

Penulis menunjukkan bahwa keberhasilan tidak harus selalu diukur dari label universitas atau gelar yang tercantum di ijazah. Terkadang, kapasitas diri seseorang untuk sukses jauh lebih penting daripada sekadar berasal dari universitas bergengsi. Ada banyak individu yang memiliki potensi yang luar biasa meskipun mereka tidak lulus dari universitas negeri atau tidak menempuh jalur pendidikan formal yang "terbaik."

Sebuah perguruan tinggi, meski memiliki reputasi tinggi, bukan jaminan bahwa lulusannya akan sukses dalam kehidupan. Sebaliknya, seringkali, mereka yang belajar di universitas dengan reputasi biasa saja mampu meraih prestasi besar karena mereka memiliki semangat juang yang tinggi, kreativitas, dan kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi. 

Bagian 8: Apakah Kuliah itu Penting?

Sayangnya banyak sekali orang yang masih menganggap sepele kuliah, hanya karena pada akhirnya tetap akan mencari pekerjaan bahkan ada yang sampai menjadi pengangguran. Jika hanya mengandalkan gelar saja mungkin perkataan orang lain mengenai susahnya mencari kerja betul adanya dengan mengunjungi beragam situs portal lowongan pekerjaan. Namun, setidaknya ketika kita berada dalam perkuliahan kita akan mendapatkan ilmu yang mungkin dapat dibutuhkan di masa depan. 

Orientasi kuliah bukan hanya untuk mengejar digit gaji yang diharapkan dalam pekerjaan, tapi kuliah itu tentang menimba ilmu. Banyak profesi baru yang lahir dan membutuhkan kredibilitas yang terpercaya, sehingga perlu adanya ilmu sebagai dasar. Meskipun dalam perkuliahan terdapat perbedaan antara realitas akademis dan kebutuhan industry, namun kuliah membuka peluang yang mungkin tidak akan pernah didapat, seperti halnya bertemu dosen hebat yang dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dan koneksi atau relasi yang terjalin dengan dosen atau para mahasiswa yang bertalenta. 

Memang dengan kuliah tidak akan bisa menjamin sepenuhnya untuk kesuksesan para mahasiswa, akan teapi menurut penulis tidak ada salahnya untuk memilih belajar dengan cara yang diakui. Melalui proses yang mungkin melelahkan dalam tugas kuliah, seperti presentasi, debat, diskusi dan sampai dengan skripsi kita akan menjadi lebih terasah dalam kemampuan berpikir yang kreatif serta kritis.

Apa yang menjadikan Bill Gates, Mark Zuckerberg, Jeff Bezos sukses dibanding orang lain adalah ilmu, mereka mampu melihat dan memanfaatkan peluang serta memperlajarinya melalui pola-pola serta melakukan eksperimen menggunakan teori. Meskipun salah satu dari mereka pernah mengenyam jalur pendidikan dan berakhir mendapatkan drop out, namun semanagat mereka dalam menciptakan tak lepas dari yang namanya ilmu. Maka suatu perbedaan perbandingan antara orang yang sukses dan tidak adalah ilmu dari apa yang mereka dapat.

Bagian 12: Kenapa Pendidikan di Indonesia Begini Banget?

 Dalam bagian ini, yang menjadi sorotan adalah perbandingan system pendidikan di Indonesia dibanding Negara luaran sana, seperti Jepang dan Finlandia. Pendidikan di Indonesia hanya mengandalkan para siswa untuk focus pada materi dan hasil bukan dari proses. Seringkali siswa dihadapkan dengan kurikulum yang tidak relevan dengan kebutuhan di kehidupan nyata, yakni para siswa hanya belajar untuk nilai atau ujian, bukan karena ingin memahami atau menemukan makna yang lebih dalam dari ilmu yang dipelajari.

 Terkadang kita hanya terus membandingkan pendidikan di luar negri dibanding dengan di Indonesia sendiri, maka kenapa tidak dimulai dari diri kita sendiri saja dulu daripada terus mengeluhkan system pendidikan. Bukankah hal ini dapat menjadi peluang serta tantangan untuk membuktikan bahwa terdapat berlian yang bersinar dalam padang pasir yang kering.

 Banyak tokoh di Indonesia pula yang lahir dan dapat menciptakan sebuah keberhasilan yang mungkin saja mereka dapat dari pendidikan di Indonesia, seperti Achmad Zaky pendiri Bukalapak. Beliau menempuh pendidikan dari SD sampai kuliah hanya di Indonesia, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa beliau belajar dapat dilakukan dimanapun asal terdapat perubahan di tiap harinya. 

Berbeda dengan pendidikan diluar negeri sana yang mungkin menjadikan pendidikan di Indonesia tidak maju. Hanya mengandalkan para siswa focus pada materi seringkali diterapkan dalam banyak sekolah

Kelebihan Buku

Salah satu yang menjadi daya tarik dari buku ini adlaah penggunaan kalimat yang simple non-formal, sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca. Isinya sangatlah ringan tanpa ada pembahasan yang begitu berat, banyak alur cerita yang diambil dari kisah nyata penulis sehingga menjadi daya tarik lain, karena pembaca dapat membayangkan dan mencoba merasakan apa yang terjadi sehingga dapat mudah memahami karena situasinya sangat konkret dengan sekarang ini. Selain itu, terdapat pula sepenggalan kisah dari orang lain yaitu orang sukses yang dituangkan secara ringkas. Buku ini sangat cocok dibaca oleh semua kalangan tidak hanya untuk orang yang akan mendekati umur 25 tahun, namun dapat pula dibaca oleh para pelajar khususnya agar dapat mempersiapkan seperti apa yang sudah dituangkan oleh penulis. Buku ini dapat mengubah pola piker peresensi pula karna banyak penggalan kisah yang tertulis dapat dijadikan pelajaran kedepan agar tidak selalu khawatir mengenai masa depan dan jika kita tidak jadi apa-apa sesuai dengan apa yang menjadi judul buku. Poin penting dari buku ini adalah bahwa sesungguhnya Allah telah mengatur sedemikian rupa yang terbaik untuk hambanya, hanya saja para hamba Allah yang masih tidak menerima dan mencoba untuk membuat jalannya sendiri.

Kelemahan Buku

Hanya sedikit kelemahan dalam buku, yaitu penggunaan bahasa Inggris tanpa adanya arti di beberapa penempatan sehingga pembaca yang tidak terlalu mengerti bahasa inggris akan mungkin kebingungan. Namun, hanya di beberapa penempatan saja yang menggunakan bahasa inggris dan makna masih dapat tersampaikan, karena hanya satu kalimat tidak seluruh paragraph.

Kesimpulan

 Buku ini sangat cocok untuk pembaca yang sedang merasa gelisah akan masa depan mengenai karir. jika gagal refleksikan lagi keputusan, siapa tau ada yang lenih baik. Dalam kehidupan seringkali yang ditemui adalah sebuah kegagalan, namun jadikan hal tersebut sebagai evaluasi mimpi dan biarkan opsi baru agar menyelinap masuk dalam hidupmu serta menemukan diri yang baru. Semua orang bermula dari tidak tahu akan jadi apa. Tetap untuk bermimpi dan lakukan terus tekuni. Benahi diri sendiri perlu juga dilakukan agar melihat sesuatu yang masih bersemayam dibalik kata yang tidak kau sukai. Orang hebat yang ada pada dunia ini berawal juga dari beberapa kegagalan yang dihadapinya. Secara garis besar adalah pahami diri sendiri jauh lebih baik dibanding terus mengejar standar yang digaungkan orang diluaran sana, kita adalah manusia yang masih diberi waktu untuk memperbaiki semuanya dan kita adalah manusia yang sesungguhnya berpotensi. Terus menyibukkan diri lebih bagus dari arti yang selalu membandingkan diri dan pada akhirnya tugas kita hanya perlu berdoa dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun