Universitas Airlangga (Unair) menduduki peringkat ke-4 nasional dan 287 dunia pada QS World 2026. Perolehan ini masih kalah jauh dengan Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berada di peringkat 100 - 200 dunia. Namun, apakah peringkat Unair ini bisa dijadikan patokan untuk melihat kualitas pendidikan sebenarnya?. Berdasarkan Research Integrity Risk Index (RI), Unair menempati posisi red zone dalam hal integritas riset di Indonesia sehingga peringkat empat Unair menjadi hal yang diragukan pula kebenarannya. Oleh karena itu, terdapat kontradiksi antara peringkat yang didapat oleh Unair di QS World dengan integritas jurnal yang menjadi indikator terbesar perangkingan tersebut.
Standar masuk Unair masih terbilang lebih mudah dibanding UI,UGM, dan ITB. Berdasarkan rata-rata nilai UTBK 2025, Unair menduduki posisi ke-5 dengan rata-rata nilai 655,96. Hal ini jelas makin memperjauh standar nilai penerimaan kampus yang berada di top 3 dengan rata-rata nilai 700 ke atas. Mahasiswa adalah elemen utama di dalam universitas. Oleh karena itu, kualitas mahasiswa seharusnya menjadi fokus penting bagi Unair untuk membuktikan bahwa peringkatnya itu benar adanya. Hal-hal yang menunjang kualitas mahasiswa, seperti kualitas dosen, fasilitas, dan budaya belajar seharusnya menjadi fokus utama. Seorang Mahasiswa Prodi Ilmu Gizi Universitas Airlangga saya tanyakan "apakah peringkat unair yang dibangga-banggakan itu benar adanya?", dia menjawab sepertinya itu terlalu dilebih-lebihkan. Pasalnya ia mengatakan kursi dan meja di prodinya pun masih berbahan kayu dari pengadaan barang tahun lama. Ini menunjukkan Unair belum mempunyai niat untuk menghasilkan mahasiswa yang baik
Unair harus segera mengakui kesalahan dan mencari solusi dari permasalahan ini. Peringkat ke-4 tidak ada artinya jika mahasiswanya tidak merasakan manfaat dari kampus ini. Namun,Unair tetap harus mengimbangi peringkat nasional dan kualitas mahasiswa internalnya. Program yang baik akan meningkatkan standar mahasiswa, seperti perketat seleksi mahasiswa, penyediaan pelatihan skill yang dibutuhkan di industri kerja, mentoring alumni Unair sehingga Unair bisa menjamin kualitas mahasiswanya dari awal masuk hingga keluar dari kampus ini
Dari paparan penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa QS Wolrd tidak bisa menjadi tolak ukur kualitas pendidikan. Terutama Unair yang sengaja memprogram kampusnya untuk menaikkan kuantitas jurnal tanpa memedulikan kualitasnya. Tri Darma perguruan tinggi memberikan arah yang jelas bagaimana seharusnya Universitas Airlangga memberikan dampak tidak hanya pada peringkat, tetapi juga untuk pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat Indonesia yang nyata. Oleh karena itu, mari untuk seluruh civitas akademika Universitas Airlangga, mulai dari Rektorat, dekanat, dan seluruh mahasiswa untuk mewujudkan Unair yang benar-benar hebat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI