Mohon tunggu...
Dwi Rini Endra Sari
Dwi Rini Endra Sari Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta...smp-kuliah di Jogja kembali lagi ke Jakarta untuk mengabdi kepda negara di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negara Indian Ocean Tingkatkan Kesiapsiagaan Ancaman Tsunami

6 September 2017   15:58 Diperbarui: 6 September 2017   16:17 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tsunami Aceh 26 Desember 2004 silam telah membunuh lebih dari 230.000 jiwa, menelantarkan lebih dari 1 juta jiwa, dan meninggalkan jejak kerusakan sepanjang pantai di Samudra Hindia. Pasca kejadian tersebut, negara-negara di kawasan Samudra Hindia berkomitmen untuk merancang dan menerapkan Sistem Peringatan Dini Tsunami. Selanjutnya pada tahun 2008 harapan tersebut terwujud dengan berdirinya Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang didukung oleh 16 Kementrian Lembaga dan telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2008.

Guna untuk memberikan layanan peringatan dini tsunami dan sistem mitigasi di Samudra Hindia telah dilakukan penandatangan Perjanjian Kerjasama pada 27 Juni 2017 antara BMKG dan IOC-UNESCO dalam mendukung pelaksanaan program IOTIC (Indian Ocean Tsunami Information Centre - BMKG Program Office di Indonesia.

BMKG juga mendukung pendanaan untuk pelaksanaan program IOTIC antara lain: Annual Indian Ocean Regional Workshop (IORW); Annual Indian Ocean Capacity Building (IOCAP);  Indian Ocean Tsunami Preparedness Studies and Research (IOSearch) dan mendukung pengembangan Indian Ocean Education and Awareness Material (IOTEAM).

Selain itu negara-negara di Samudra Hindia pun  melakukan pengajuan pada IOC/UNESCOuntuk membentuk Intergovernmental Coordination Group for the Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System(ICG/IOTWMS) / Kelompok Koordinasi Antar Negara untuk Sistem Peringatan Dini dan Mitigasi di Samudra Hindia.

Sebagai koordianasi antar pemerintah untuk mengefektifkan sistem peringatan dini masyarakat dari hulu-hilir. ICG/IOTWMS sendiri secara resmi didirikan oleh Resolution XXIII-12 pada Sidang IOC Juni 2005 di Paris. 

ICG/ IOTWMS akan melakukan kegiatan Tsunami Exercise IOWave18 untuk memantau kapasitas kesiapsiagaan tsunami, membuat panduan dan melakukan percontohan penerapan Tsunami Ready Programme di Samudera Hindia sehingga diharapkan dapat membantu negara-negara yang rentan tsunami supaya memiliki sikap kesiapsiagaan terhadap bencana tsunami.  Maka, hari ini dilakukan Hworkshop IOTR (Indian Ocean Tsunami Ready) dari 6 -8 September 2017 sebagai bagian dari rangkaian pertemuan terintegrasi Working Groups, Task Team, Steering Group back-to-back dengan Pelatihan SOP dan IOTIC.

Tujuan dari Workshop SOP adalah untuk membantu negara-negara anggota ICG/IOTWMS untuk membangun SOP peringatan tsunami dan tanggap darurat dari hulu ke hilir; membantu Badan Manajemen Bencana Nasional/Daerah untuk membangun SOP untuk pelaksanaan skala lokal dan nasional dalam tanggap peringatan tsunami yang dikeluarkan Pusat Peringatan Tsunami Nasional; dan menyiapkan negara-negara anggota melakukan IOWave18 Exercise yang dijadwalkan pada September 2018 mendatang.

Kegiatan ini akan diikuti 75 peserta dari 19 negara anggota IOTWMS (Australia, Comoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Malaysia, Maladewa, Mozambik, Myanmar, Oman, Pakistan, Seychelles, Afrika Selatan, Sri Lanka, Tanzania,  Thailand, Timor Leste, dan Yaman).

ICG/ IOTWMS berfokus pada keberlangsungan dan penyempurnaan sistem sebaik mungkin untuk meningkatkan tanggap dan kepedulian masyarakat pada negara-negara anggota IOTWMS.

Pada akhirnya, ICG melakukan uji komunikasi secara rutin, Simulasi Tsunami di Samudra Hindia (IOWave), workshop dalam pengembangan Prosedur Operasional Standar untuk peringatan tsunami dan tanggap darurat serta pelatihan-pelatihan dalam pengkajian risiko.

BMKG secara 6 bulan sekali melakukan uji komunikasi secara rutin untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana resiko gempa bumi dan tsunami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun