Transformasi digital telah mengubah cara kita belajar dan mengajar. Di Indonesia, pandemi COVID-19 mempercepat digitalisasi pendidikan, mendorong sekolah untuk mengadopsi pembelajaran daring, platform edukasi digital, dan teknologi interaktif. Namun di balik kemajuan ini, ketimpangan akses terhadap komputer dan perangkat digital masih menjadi masalah serius, terutama bagi pelajar di daerah tertinggal dan keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Jika hal ini terus dibiarkan, digitalisasi pendidikan justru dapat memperlebar jurang ketidaksetaraan pendidikan antarwilayah.
Realitas Ketimpangan Akses Komputer
Meski berbagai program bantuan perangkat sudah dijalankan, banyak sekolah di daerah terpencil yang belum memiliki laboratorium komputer memadai. Siswa bahkan harus bergantian menggunakan satu perangkat untuk beberapa orang. Penelitian Digitalisasi dan Disparitas Pendidikan di Sekolah Dasar menyebutkan bahwa keterbatasan perangkat, jaringan, serta kemampuan teknis menjadi hambatan utama digitalisasi di daerah rural Indonesia (ResearchGate, 2022).
Studi lain juga mengungkap bahwa biaya kepemilikan komputer masih dianggap mahal bagi sebagian besar rumah tangga, terutama di wilayah dengan pendapatan rendah. Akibatnya, banyak siswa hanya mengandalkan ponsel orang tua yang tidak mendukung pembelajaran digital optimal (Jurnal Inspirasi Modern, 2023).
Dampak pada Kesetaraan Pendidikan
Ketimpangan akses komputer menyebabkan perbedaan signifikan dalam kualitas pembelajaran. Siswa yang memiliki perangkat memadai dapat mengikuti kelas daring, mengakses sumber belajar interaktif, dan berlatih keterampilan digital. Sebaliknya, siswa tanpa komputer sering tertinggal, kesulitan mengikuti tugas digital, atau bahkan tidak dapat mengikuti ujian berbasis komputer.
Penelitian di SMP Medan menemukan bahwa keterbatasan fasilitas komputer membuat pelaksanaan ujian berbasis digital tidak berjalan efektif. Banyak siswa hanya bisa menggunakan perangkat sekolah secara bergantian, sehingga waktu belajar menjadi tidak efisien (Jurnal STIE Trianandra, 2023).
Faktor Penyebab Ketimpangan
Masalah ini muncul karena berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain:
- Keterbatasan anggaran sekolah dan pemerintah daerah, yang membuat prioritas pengadaan komputer sulit dilakukan (Fisipol UMA, 2024).
- Kondisi ekonomi rumah tangga, yang menyebabkan banyak keluarga belum mampu menyediakan perangkat pribadi untuk anaknya (STIS, 2023).
- Rendahnya literasi digital, baik di kalangan guru maupun siswa, sehingga perangkat yang ada tidak dimanfaatkan optimal (Binus, 2023).
- Infrastruktur jaringan internet dan listrik yang belum merata, terutama di wilayah pedesaan dan kepulauan (RRI, 2023).
Upaya dan Inovasi Mengatasi Kesenjangan
Berbagai pihak telah melakukan langkah konkret untuk memperkecil kesenjangan ini. Misalnya, kolaborasi antara perusahaan teknologi dan pemerintah daerah dalam menyediakan laboratorium komputer digital di sekolah pesisir. Program ini membantu siswa di daerah nonperkotaan untuk tetap bisa belajar dengan perangkat digital (MetroTV News, 2024).
Selain itu, platform seperti "Rumah Belajar" dari Kemdikbud terus dikembangkan agar bisa digunakan dalam mode ringan dan hemat data, sehingga dapat diakses walaupun perangkat dan koneksi internet terbatas (ResearchGate, 2022).
Jadi pada akhirnya, digitalisasi pendidikan membuka peluang besar untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran di Indonesia. Namun tanpa pemerataan akses komputer, internet, dan literasi digital, kemajuan ini hanya akan dinikmati sebagian kecil masyarakat. Pemerintah, sekolah, dan swasta harus berkolaborasi untuk mewujudkan digitalisasi pendidikan yang inklusif dan adil, melalui subsidi perangkat, penguatan jaringan, serta pelatihan literasi digital berkelanjutan bagi guru dan siswa.
Karena pada akhirnya, pendidikan digital yang sejati bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang kesetaraan akses dan kesempatan belajar bagi semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI