Mohon tunggu...
Ririn Datoek
Ririn Datoek Mohon Tunggu... -

perempuan biasa, pemilik www.wownderfulife.com, @bu_konjen\r\n\r\nlebih menyukai traveling dibanding bekerja..:)\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Flores Su Dekat: Termangu di Kelimutu

22 Juni 2010   02:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:22 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_173903" align="aligncenter" width="300" caption="memandang kelimutu"][/caption] Ahhh…kelimutu! Seumur hidup saya tak akan lupa. Inilah “gunung” pertama yang berhasil saya daki. Saya pernah ke Bromo, tp keburu sesek napas ketika mencium bau belerangnya yang menyengat. Jadi saya harus ikhlas turun sebelum sampai ke puncaknya. Bagi yang awam dengan peta Indonesia, secara geografis, Gn Kelimutu masuk dalam wilayah Kabupaten Ende, NTT. Keunikan Kelimutu adalah ditemukannya fenomena alam danau (baca: kawah) 3 warna di puncaknya. Mari kita intip cantiknya Kelimutu and friends…jangan lupa, siapkan waktu untuk berkunjung ke sana yaaa… MBAY yang (tidak) LEBAY! Setelah berasyik masyuk di Riung, kami harus melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya, yaitu Kelimutu. Butuh 4 jam berkendara menuju desa Moni yang terletak di kaki Gn. Kelimutu. Dari Riung, kami berangkat setelah sarapan. Bang Tam, sudah memesankan Losmen Hidayah di Moni, untuk menginap malam ini. Selepas Riung, kembali kami bertemu jalanan dengan aspal seadanya. Jalan sempit dengan pohon lamtoro di yang menghiasi sepanjang jalan. Satu yang saya tunggu dengan tidak sabar: DAERAH MBAY…seorang teman sudah mengingatkan agar tak melewatkan MBAY begitu saja. Hingga saat itupun tiba….yanto memberitahu, Mbay sudah di depan mata. Speechless…bukit-bukit eksotis dengan padang rumput, bukit coklat dengan bentuk-bentuk atraktif, rumah beratap jerami, dipayungi awan biru menggantung dengan indah. Kami tak hirau lagi pada panas yang menyengat. Semua turun dari mobil dan memulai sesi foto. Ahhhhh….kalau ada puji puja pada MBAY, pasti bukan karena lebay…MBAY beneran keren! Di Mbay, saya punya adegan drama di kepala…adegan drama yang standar, khas pekerja pabrik ibu kota. Saya membayangkan saya punya ladang luas dengan rumah jerami di MBAY…tetap, dengan pohon kapuk randu dan kursi kayu, tempat saya menulis dan mengirimkan deadline ke Jakarta…*plak..banguuun..dudutttt!* FEEL THE REAL BLUE @ BLUE STONE BEACH Selepas Mbay, jalanan berubah menjadi jalan raya yang cukup besar. Seperti biasa, kami melewati jalan dengan sawah di kiri kanan jalan…masuk hutan…melewati jurang-jurang…trek yang standar di flores..:) Memasuki Ende, jalanan dengan tebing batu di kiri jalan dan lautan terbentang di depan mata. Jangan lupakan Gunung Meja yang setia menemani perjalanan menuju Moni. Tak berapa lama, mata kami disuguhi pemandangan cantik…laut berpasir hitam berrhias baju biru hijau yang berserakan. Ternyata kami sudah sampai di BlueStone Beach. Mobil menepi, kamipun kembali melakukan fotosesion. Di Blue Stone Beach, kami ngobrol dengan seorang mama pengumpul batu. Katanya, orang kota membeli batu biru dalam satuan karung. Satu karung dihargai 20 RIbu. Huuuuhhhhh….kalo gini caranya, kalian harus buruan ke bluestone beach, saya khawatir batu birunya keburu abis dibeli MAMPIR SESAAT DI ENDE Setelah kenyang melalui hutan dan jurang, kami berjumpa dengan kota Ende. Kotanya kecil saja, tapi disini kami bertemu dengan sahabat orang kota: MESIN ATM….terakhir kami jumpa si mesin atm ada di labuan bajo. Jika Anda memiliki ketertarikan pada kain tradisional Indonesia, khususnya kain tenun maka ENDE adalah surganya. Di pasar Ende, kita bisa menjumpai beragam kain tenun khas Flores. FYI, selain alamnya yang cantik, Flores kaya akan ragam kain tenun. Semua cantik… Jadi, bila Anda beruntung bisa mampir di kota ENde, sempatkan membeli beberapa helai kain tenun Flores. Dijamin ga bisa berenti belinya… Oh yaa, di Ende kita bisa mampir di rumah pengasingan Bung Karno. Sayang, ketika kita sampai, petugasnya keburu pulang..argggg.... MONI & KELIMUTU Selepas Ende, barulah kami benar-benar mengarahkan mobil menuju desa Moni. Menuju Moni, diperjalanan kami masih setia ditemani hutan dan jurang...dan hujan. Pppfffffff... Menuju Moni, siapkan mata untuk dihibur jajaran pohon jeruk yang tumbuh lebat secara sporadis. Benar-benar sporadis, seperti jamur tumbuh di musim hujan. Rasanya kepengeeeennn banget turun mobil dan metik sendiri. Menjelang maghrib, sampailah kami didesa Moni. Kami segera menemukan Losmen Hidayah (pemiliknya bernama Brian – seorang rastafara sejati). Kamar di Hidayah sangat luas, begitupun dengan kamar mandinya..hehehhee... Malam terlalu cepat turun di Moni, gelap pekat dan dingin menggigit. Perpaduan sempurna untuk raga yang lelah. Tanpa banyak cingcong, kamipun tumbang! Tepat jam setengah 4 subuh, kami sudah siap menuju Kelimutu. Dinginnya menggigit tulang. Kami membungkus badan dengan peralatan yang lengkap, selayaknya pendaki gunung profesional...;p;p;p Kami menembus pekatnya dini hari di kelimutu dan berhasil menjadi pengunjung pertama hari itu. Di jalan, kami berjumpa dengan pak Johannes, penjual kopi di puncak Kelimutu. Papa Johannes pun kami angkut serta untuk mempercepat dia sampai di puncak Kelimutu. Setelah menyelesaikan urusan administrasi....inilah saat mendaki.... Kecuali Desma yang pernah mendaki Kinabalu, tak ada satupun dari kami yang pernah ngakrab sama gunung. Kami adalah anak pantai sejati. Apalagi buat saya yang berukuran tidak lazim...mendaki adalah pekerjaan setengah hati. Tapi, untuk kelimutu, saya singkirkan semua pikiran buruk. Bayangan sesek napas apalagi pingsan mendadak...holalallaa.... Masing-masing menyalaka senter. Gelap pekat dan angin gunung berdesir perlahan. Satu-satu tangga kami naiki. Pak Johannes sudah entah dimana. 400 anak tangga. Catat itu. Saya butuh berkali-kali berhenti..*what do u expect lah yaaaa...;p;p* sebelum akhirnya disusul secara tragis oleh gank Eropa dan akhirnya sampai juga di puncak Kelimutu. Perasaan campur aduk. Senyum terus mengembang di puncak Kelimutu. Kami segera mengambil posisi strategis di anak tangga kelimutu. Kami segera memesan teh panas pada Pak Johannes...dan tak lama setelahnya matahari mulai memancarkan sinarnya. WOWWWWW....sedikit demi sedikit kawah 3 warna Gn Kelimutu menampakkan warnanya. Saat kami datang, danau baru saja berubah warna. Jadi kami disuguhi warna hijau pekat, hijau tosca dan hitam cola. Menurut Om Wiki, Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat. Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal. Weewwww....seakan tak rela untuk turun, bersama Pak Johannes kami menghabiskan pagi di puncak kelimutu. Aaaahhh, semoga Tuhan memertemukan kami kembali.... photos taken by desma, dhora, dyah and me... [caption id="attachment_173257" align="alignleft" width="500" caption="jalanan mbay yang indahnya lebayyyy...:)"][/caption] [caption id="attachment_173865" align="alignleft" width="500" caption="yanto-our beloved driver-pose di mbay"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun