Mohon tunggu...
Junior Tralalaaa Trililiiii
Junior Tralalaaa Trililiiii Mohon Tunggu... lainnya -

nggak suka kodok. terlalu mirip sama ikon yang agli ituhhh...(nunjuk monster biru yg picek atas)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setuju Koh Ahok, Saya Menolak Dibodohi dan Ditakut-takuti

8 Oktober 2016   08:33 Diperbarui: 10 Oktober 2016   06:17 2175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak lebih dari setahun lalu, teman-teman nyantri dan pengajian selalu berusaha mengingatkan supaya tahun 2017 nanti jangan pilih Gubernur Non-Islam. Saya sih dulu cuma ketawa-ketawi meledek dan siap berargumentasi untuk menegaskan bahwa saya tidak sependapat. Menurut saya mereka konyol, ngapain bawa-bawa agama ke ranah poitik? Jelas-jelas kinerja Ahok (di mata saya) keren abis. Bahkan tanpa data apapun sekalipun, sebagai rakyat Jakarta awam saya bisa merasakan bedanya setelah dan sebelum Ahok menjabat jadi Gubernur. Lebih baik.

Contoh kecilnya, kalau dulu saya suka deg-degan dan ngeri-ngeri eneg lihat Satpol PP berkeliaran, sekarang malah senang hati dan merasa nyaman. Karena Satpol PP yang dulu – dalam benak saya – tak lebih dari sekelompok preman berseragam yang siap menjahati masyarakat kecil doang. Sementara Satpol PP jaman sekarang adalah sebaliknya, mereka pekerja lapangan penuh aturan yang membanggakan, siap menegakkan aturan demi kemaslahatan Jakarta.

Petugas PPSU di segenap penjuru Jakarta juga sekarang rajin-rajin, bukan cuma membersihkan saluran air di pinggiran jalan besar, tapi sampai menyusup ke kampung-kampung dengan gang kecil. Kali dimana-mana diturap, diperdalam dan dibersihkan. Kota saya sungguh-sungguh terasa sedang menggeliat memperbaiki diri. Ajib.

Thanks toKoh Ahok yang dahsyat. Jadi saya tidak sepaham dengan komplenan banyak orang tentang gaya komunikasinya yang bertegangan tinggi. Ya gimana ya, apa boleh buat, itu memang cara paling ampuh untuk menghandle orang Jakarta yang nggak bisa kebanyakan dimanis-manisin. Bisa jadi yang paling keras protes adalah mereka yang pernah mendapat jatah hardikan kasarnya dong (yang artinya pernah punya kasus tertentu). So hajar aja terus Koh, bagus tuh. Kalo nggak gitu, yang ngelunjak bakal makin ngelunjak!

Tapi itu kan dulu. Kekaguman saya terhadap kinerja beliau memang nggak banyak berkurang. Hanya saja, ternyata bukan cuma kinerja baik yang bisa dijadikan landasan perasaan ingin terus mendukung.  Kesini-kesininya, mood postif saya terhadap beliau melorot jauh. Setelah saya sedikit demi sedikit mulai mengetahui ‘apa, bagaimana, siapa dan mengapa’nya.

Surat Al Maidah ayat 51 dan beberapa ayat pada surat lain dalam Al Quran yang jelas-jelas melarang memilih pemimpin Muslim memang menjadi landasan utama saya untuk yakin tidak memilihnya dalam pilkada 2017 (dari dulu juga saya nggak merasa pernah milih sih, kan beliau jadi Gubernur gara-gara Mr. Jokowi memilih naik pangkat jadi Presiden). Dan saya merasa tidak sedang dibodohi oleh siapapun dengan meyakini berpegangan pada Ayat Al Quran itu. Lah, saya kan memang muslimah. Yang justru bodoh adalah kalau saya memilih untuk menafikan saja ayat-ayat tegas dan lugas dalam Kitab Suci yang saya junjung tinggi tersebut, terus tetap keukeuh memilih Ahok menang jadi Gubernur lagi di pilkada 2017 nanti.

So, thanks to Tuan Gubernur yang sudah mengingatkan kembali supaya para calon pemilihnya jangan mau dibodoh-bodohi dan ditakut-takuti dengan menggunakan ayat Al Quran. Soalnya kejadian ini malah semakin membuat saya (dan semoga juga banyak umat Islam lainnya) menjadi lebih pintar, lebih berani meneguhkan niat untuk hanya memilih pemimpin muslim saja. Toh bukannya nggak ada penantang beliau yang seiman dan juga berkualitas, serta jelas-jelas nggak akan sanggup menganggap Al Quran sebagai alat pembodohan yang merugikan dirinya dan kelompoknya.

Ada kaum mayoritas yang berusaha mempertahankan kemayoritasannya, ada kaum minoritas yang berusaha merebut posisi. Wajar aja. Itu makanya Al Quran mengingatkan bagaimana penganutnya harus bersikap. Bagi saya, di Indonesia ketentuan ini jatohnya pas banget.

(Alhamdulillah penantang Ahok bukan Haji Lulung atau Ahmad Dani. Kalo iya, saya pasti nangis-nangis di pinggir jalan dan galau paraaaaah. Hehe).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun