Mohon tunggu...
Riqqah Rahma
Riqqah Rahma Mohon Tunggu... Lainnya - Rahma

Halo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Destiny

20 April 2021   11:40 Diperbarui: 20 April 2021   12:16 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

PROSA FIKSI NASKAH CERITA PENDEK
"DESTINY"

DI SUSUN OEH

RIQQAH RAHMADIA ISMAIL

NO ABSEN:22

NIM : 2003010053

KELAS : M 02 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TAHUN PELAJARAN
2020/2021


DESTINY

      Pagi ini hujan begitu lebat. Defani berlari menuju bus yang akan dia naiki, seperti biasa dia menemui temanya didalam bus. Defani menghela nafas panjang dan berdoa semoga hari ini akan baik-baik saja.
"hey defani mengapa kamu termenung?" Tanya renita sambil tersenyum
"aku sedang memikirkan mu" jawab defani bercanda
"defani" teriak Renita kencang
      Defani turun dari bus meninggalkan Renita. Renita masih terkejut dan malu akan sikap defani yang nyeleneh.
***
      Defani jalan menuju ruang kelasnya. Defani kembali termenung banyak kegundahan didalam hatinya, air mata keluar sudah tidak ada lagi makna. Banyak pertayaan didalam kepala defani tapi tidak ada seorangpun yang bisa dia percayai.
"hari ini bimbingan konseling untuk anak kelas dua belas" Ibu siti berbicara lantang didepan kelas
"Baik bu" sahut anak kelas ipa 4
"oh iya, apa kalian tau anak kelas ipa 4 enggak semuanya masuk kedalam siswa eligebel snmptn 2020?" Tanya bu siti
"sudah bu" teriak Defani sambil menahan kesedihannya
      Semua harapan telah hilang  kegagalan sudah didepan mata, nasi telah menjadi bubur semua harapan seakan sirna tidak ada lagi yang harus ditangasi.
***
      Pelajaran olah raga telah dimulai. Defani sangat menunggu mata pelajaran ini dia sangat tidak mood setelah mengetahui dia tidak akan bisa ikut snmptn 2020. Defani sama sekali tidak sedih akan hal itu, hanya saja rasa penyesalan itu pasti ada.
"Baik anak-anak bapak akan memilih kelompok karena hari ini,jam bapak telah diambil 1 jam buat kalian konseling. Untuk hari ini laki-laki saja" ucap pak toni
"baik pak" sahut anak ipa 4
    Defani memperhatikan anak laki-laki yang  sedang bermain bola basket. Perasaan sedih itupun mulai pudar, inilah kuatnya melihat ketampanan rasya saat bermain basket, Perasaan menyesal dan kecewa tidak dapat terpikirkan lagi oleh defani. "Mencintai rasya dari jauh bagiku sudah cukup"Ucap defani didalam benaknya
***
     Defani memasukan baju kedalam tas. "Kenapa waktu begitu cepat sekali , aku ingin melihat rasya lebih lama"ucap defani didalam hati dengan ekspresi datar
"kenapa defani?, dari tadi kau hanya diam, seakaan ingin bertanya tapi bungkam" Tanya Renita
"aku sedang bingung dengan pilihan ku" jawab defani gundah
"kenapa? Karena tidak dapat snmptn?" Tanya renita
"itu tidak terlalu membuat ku gundah, hanya saja aku bingung dengan jurusan kuliah" defani memberanikan diri untuk bercerita
"Kedokteran sudah cocok untuk mu, kenapa harus tidak  yakin dengan pilihan mu" Renita berusaha menyakinkan Defani
"Orang tua ku tidak mengizinkan, aku yakin apa yang dipilih orng tua pasti yang terbaik. Saat orang tua ku tidak mengizinkan, aku menangis dan gundah sampai saat ini." Jawab defani dengan rasa pasrah
"Aku sebagai teman mu hanya bisa berdoa,pilihlah jurusan sesuai yang defani inginkan." Renita berusaha menyakinkan apa yang harus dipilih oleh defani tidak ada kata-kata lain selain doa dan saran, semua keputusan defani
***
      Defani berjalan menuju perpus. Langkah demi langkah seakaan hanya milik mereka,  defani tersenyum "ternyata semuanya berpasangan kecuali aku" tak tersa defani telah sampai ditempat yang ia sukai untuk menghilangkan rasa suntuk.
"Kak defani?" Tanya adek kelas yang tidak diketahui defani
"Iya saya, ada apa?" jawab defani bingung
"halo kak, maaf buat kaget nama ku Eldin" Eldin memperkenalkan dirinya dihadapan defani dengan yakin
" iya nggak papa, maaf  muka gue freak banget" jawab defani dengan rasa canggung
"kakak kesini mau baca buku kayak biasa?" Tanya eldin
"Elndi kamu tahu dari mana kakak suka baca buku disini?, jangan buat kakak merinding" jawab defani bingung
"aku sering merhatin kakak maaf" jawab Eldin dengan muka pasrah
"Enggak papa kok kakak kirain kamu punya ilmu hitam, kelas berapa el? "jawab defani ingin mencairkan suasana
"aku sekarang kelas 11 kak" jawab eldin polos
"el nggak usah manggil kakak, kita seumuran" jawab defani kaget
"seumuran? Kakak jangan bercanda eldin segan" jawab eldin canggung
"santai aja el, aku yakin kita cuman beda bulan"jawab defani yakin
"okey defani, nggak papa?" eldin yang berusaha menyakinkan dirinya
"gitu donk el" jawab defani, mereka sibuk berbincang dan menghabiskan waktu didalam perpus menghabiskan waktu bersama sampai bel istirahat berakhir
***
      Defani meletakan tas tanpa menghiraukan satu orangpun ia masih sedih dengan kejadian tadi pagi orang tuannya tidak mengizinkan defani memasuki jurusan kedokteran tanpa ada alasan yang jelas kenapa dan mengapa padahal dia telah mempersiapkan dirinya untuk ujian
"Defani kenapa tidak makan?" Tanya ibu defani
"tidak tadi sudah makan" jawab defani
"Kamu masih kesal dengan peryataan tadi pagi?, jangan berkespetasi terlalu tinggi, ambil saja jurusan sastra dan bahasa terserah bahasa inggris atau bahasa Indonesia, coba kamu pikirkan baik-baik. Kamu juga suka sastra bukan? Membaca novel,membuat puisi,bahkan yang lain. Dari nilai akademik nilai bahasa Indonesia dengan bahasa inggris kamu setara dengan nilai biologi kamu." Jawab ibu defani
"Tapi buku yang aku beli bukan untuk ujian soshum"jawab defani lantang
"yaudah sekarang terserah padamu."jawab ibu defani
"tapi ibu dan ayah membuat ku patah semangat, aku bukan  tidak ingin berusaha semua sudah ku persiapkan untuk ujian nanti sekarang sudah bulan januari bahkan snmptn saja tidak sudi untuk aku masuk, aku benar-benar tidak ada persiapan untuk ujian soshum. Tapi akan aku coba karena itu pilihan kalian." Jawab defani dengan tegas
"Berjuang sebisa mu, orang tua mu selalu mendukung mu." Jawab ibu defani dengan tegas dan tidak ingin main-main terhadap pilihan putrinya.
***
      Terdengar suara kericuhan dari ruangan osis, Defani dan Eldin langsung bergegas menuju asal suara , dipikaran Defani hanya satu kenapa dijam pulang sekolah masih ada yang bertengkar.
"Apa yang kalian lakukan?" Eldin bingung dengan situasi ini.
"nih bilang ke pacar lo, nggak usah sok bener, mentang-mentang anak kesayangan guru jadi sok atur di hidup gue" jawab kayla dengan nada tinggi
"kayla sebenarnya ini urusan lo dengan guru BK, jadi silakan menuju guru bk sekarang!" suara lantang yg terucap dari mulut Eldin
Defani yang tidak paham disituasi ini hanya dia membisu "pacar?" ucap defani didalam hatinya banyak tanda Tanya dikepalanya tapi Defani hanya memilih diam membisu
***
Eldin tidak habis pikir dengan yang dilakukan Tania, ini bukan lah tugasnya, apa yang terjadi dengan Tania , kejadian itu membuat Eldin tidak bisa berhenti memikirkan Tania.
"Woi melamun aja, lagi mikirin kak Defani?"
"Apaansih gue nggak mikirin apapun" Eldin kesal dengan ucapan putra, meskipun Eldin tidak membeci temannya itu tapi terkadang disuatu sisi putra sangat menyebalkan
"Jadi Tania?" Putra kembali menggoda Eldin
Eldin tidak menghiraukan Putra, jika Eldin bilang tidak dia begitu munafik untuk mengakuinya! atau mungkin Eldin bilang Iya? Tidak, Putra pasti akan terus menjahilinya
"gara-gara kejadian tadi? Atau kejadian lo ditolak Tania" Tanya putra dengan rasa ingi tahu yang dilampaui batas
" kapan gue nembak Tania? " Putra menjawab tanpa ekspresi
"yaelah bercanda kali emang lu nggak ada planning nembak Tania? " Putra kembali menggoda Eldin
"mungkin gue ada planning bunuh lo! "
 Putra sangat puas menjahili temannya itu, tapi putra selalu menjadi pendengar yang baik sikap putra seperti itu agar Eldin bercerita kepadanya. Eldin yang dikenal Putra sosok laki-laki menutup diri dari segala hal

***
      Hari ini Defani  hanya berkeliling sekolah, tidak ada yang begitu spesial selain lelaki itu, lelaki yang tidak member tahunya kejelasan terhadapnya entah kenapa lelaki itu sepertinya tidak ingin menjelaskan apapun, "menarik" ucap Defani sambil tersenyum.
"Def dari mana aja? " pertanyaan yang menyadarkan Defani
" dari kantin " Jawab defani
"Maaf tadi aku ninggalin kakak"
"ah enggak kok lagian gue juga salah seharusnya gue nggak bareng sama lo tadi" Defani merasa bersalah
"Yang tadi itu teman ku def, jangan salah pahamnya" Eldin  menjelaskan agar tidak ada salah paham diantara mereka
"nampak bangetnya aku butuh penjelasan " Tanya Defani
"jelas sekali! "jawab Eldin polos
     Setelah rasya berbicara keheningan muncul diantara mereka rasa canggung seperti apa ini, Eldin dan Defani merasakan hal yang sama
Tring...tring... Tring...

"sudah bel pulang" Eldin  memulai pembicaraan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun