Besarnya pengaruh ideologi politik terutama PKI terlihat dari berbagai pendapat yang diutarakan dalam berbagai acara seminar perfilman. Ketika diselenggarakanya simposium film yang pertama oleh Persatuan Pers Film Indonesia pada tanggal 8 September 1957, Tang Sing Hwat dari Sarbufis mengatakan bahwa sebaiknya artis film itu turut pula berpolitik agar mereka dapat memimpin serta menuntun politik tetapi tidak untuk dijadikan sebagai makanan politik.
Sebagaimana halnya partai politik sudah sepatutnya partai dipilih oleh orang film. Tokoh Sarbufis itu menyatakan bahwa setidaknya ada dua hal yang pertama adalah mengetahui partai yang baik bagi para artis film dan yang kedua yaitu mencari tahu anggaran dasar partai lain untuk mengetahui partai mana yang mendukung cita-cita mereka. Pernyataan anggota Sarbufis tersebut secara tersamar menekankan pentingnya bagi partai terutama PKI sebagai pilihan bagi para artis film di tolak oleh segelintir orang seperti A.S. Bey dari Perpefi.
Adanya hambatan dari orang film sendiri mengenai penyusupan ideologi dalam industri perfilman di Indonesia menyebabkan PKI melakukan berbagai pergerakan-pergerakan politik yang tujuanya adalah menahan laju produksi film dalam negeri sehingga timbul pembenaran untuk memboikot film luar negeri yang notabenenya berbeda ideologi dengan PKI. Berbagai keputusan dilakukan untuk menghambat perkembangan film dalam negeri seperti menetapkan pajak yang tinggi impor barang mentah bagi produksi film naik menjadi 200%. Oleh karena itulah pada tanggal 19 Maret 1957 produser film sepakat menghentikan produksi filmnya.
Selain karena adanya tekanan dari pemerintah, penutupan ini juga disebabkan oleh ketidakjelasan dalam melakukan pembelaan diri dari kebijakan yang ada. Ketidakjelasan ini membuat panitia sensor dan Dewan Film Indonesia tidak memiliki kejelasan dalam kementrian. Hal ini menyebabkan tidak adanya dukungan penuh untuk membela kepentingan perfilman.
-Rio Wibi Sumiyarno
Editor :
Sumber :
Taufik Abdullah, A. L. (2012). Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid 7. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI