Mohon tunggu...
Rio Seto Yudoyono
Rio Seto Yudoyono Mohon Tunggu... -

Idenya sering aneh terkesan ngawur dan melawan arus. Visioner bukan, peramal jauh; tulisannya terkadang menyimpang dari pakem, senangnya "menganggu" orang ikut 'mikir, mencari jawaban atas tantangan yang dihadapi sekarang dan masa datang...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Alam Bisa Memberi Jawaban

4 Desember 2009   07:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:04 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_33375" align="alignleft" width="300" caption="Shutterstock"][/caption] Sesuatu yang tak terjangkau pikiran, mengganjal mengingat kembali satu kejadian lama, sesaat menjelang menikah, "benarkah dia jodohku?" Pertanyaan bodoh, ya. Kejadian 20 tahun lalu begitu berkesan sehingga tak mungkin terlupakan begitu saja. Kejadian sangat menakjuban bagi saya dan orang-orang lain yang pernah mengalami kejadian serupa, tetapi mungkin cerita jadi sangat konyol dan mengada-ada bagi orang lain. Pertentangan ini muncul karena berbagai faktor yang waktu itu sukar diatasi sendiri, apalagi untuk suatu peristiwa besar semacam pernikahan. Kalau engkau ragu ya batalkan, kalau yakin ya jalankan, begitu kata teman-teman menasihati, juga kata para pini sepuh. Dasar bandel, belum puas dan percaya begitu saja akhirnya aku takluk dan berpasrah diri dengan mencoba mencari dan menyerahkan jawabannya ke "alam". Dengan niat baik, pada suatu pagi hari cerah aku duduk bersimpuh di depan kamarku dengan barisan tanaman perdu berbunga sebagai pagarnya. Aku memohon dan mengulang pertanyaan yang sama. Aneh, tak lama hinggap seekor burung ketilang di sebuah cabang tepat di depanku; yang dilakukannya adalah mengenjot-enjot cabang yang berbunga, mawar merah seingatku, sambil berkicau nyaring. Setelah itu dia terbang entah ke mana sambil tetap memperdengarkan sayup kicauannya. Oh, jadi benar ya, begitu tafsirku sekenanya, mencari pembenaran mendengar kicauan dan menyaksikan dahan bunga mawar yang masih mengangguk-angguk terayun. Tak ayal lagi, yak! dan jadilah saya menikah. Senangnya bukan main mendapat dorongan "the invisible". Tunduk dan bersyukur, terimakasih Tuhan, terimakasih alam, atas jawabannya. Luar biasa. Benarkah alam bisa memberi isyarat, sinyal-sinyal, sebagai jawaban? Kehadiran burung dan kicauannya dan anggukan mawar bagi saya bukan suatu kebetulan. Saya tidak faham bahasa "alam" tetapi hati saya mendorong dan membenarkan, ...ya, itulah jawabannya.  Hal ini membuat saya kini lebih peka terhadap kejadian alam di sekitar. Banyak kejadian aneh di alam yang menurut kacamata awam 'nonsense', bagi saya tidak dan merupakan sebuah komunikasi atau dialog yang saya jadikan pedoman, mengiyakan, menidakkan, mengingatkan, melarang... dsb. Mungkin begitu juga budaya beretika dulu itu terbentuk jauh sebelum agama hadir. Setelah hadir agama mudah saja diterima dan membaur di masyarakat karena memiliki kesamaan, mengemban misi kebaikan seperti diuraikan posting Defenisi dan Koseptualisasi Simbol Keagamaan, yang universal dan selaras dengan budaya yang mereka anut selama ini. Itu juga yang mendorong saya memposting artikel budaya masyarakat jawa Barat yang menamai desanya dengan 4 warna Merah-Putih-Kuning-Hitam (Tanya). 'Kok banyak desa bernama sama, Cibeureum, Cibodas, Cikoneng, Cihideung. Penasaran. Hehe... sinyal ini belum tertangkap. Saya bukan ahli dalam bidang ini, hanya ingin mencari jawaban kaitan nama desa tadi dengan agama. Kalau sudah selaras kepercayaan maupun agama semestinya samasekali tak perlu diperdebatkan. Dari mana pun asalnya, semua bertujuan sama, memuliakan manusia dan penciptanya. Jumlah pun tidak Haruskah Agama Hanya 6. Agama melengkapi dan menyempurnakan. Jadilah manusia luhur melalui agama, keyakinan, dan kepercayaan masing-masing sepenuhnya... Kembali ke alam ...aah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun