Belum lebih dari satu bulan setelah saya menuliskan tentang panas nya dunia ini dengan perang ego. Belahan dunia lain malah memulai babak baru dengan sangat terang-terangan.
Jumat, 13 Juni 2025, mencatat babak paling mencekam dalam sejarah konflik Timur Tengah modern. Ketika mata dunia tengah menyorot ketegangan yang kian membara antara Iran dan Israel, tiba-tiba langit di atas Natanz, Iran tengah, dihujani rudal.
Fasilitas pengayaan uranium di kota itu menjadi target serangan baru militer Israel, menandai eskalasi tajam dalam konflik dua negara musuh bebuyutan tersebut.
Media pemerintah Iran melaporkan dengan nada tinggi: "Beberapa menit yang lalu, rezim Zionis kembali menargetkan Natanz." Pernyataan ini, dikutip dari kantor berita internasional Al Arabiya dan AFP.
Menggema sebagai sinyal bahwa situasi kini tak lagi bisa dikategorikan sebagai perang dingin atau konflik terbuka biasa ini sudah mendekati batas deklarasi perang resmi.
Ledakan di dekat Bandara Tabriz memicu kebakaran besar, memperparah kepanikan warga. Sedikitnya tiga orang dilaporkan tewas akibat serangan itu, menurut laporan kantor berita Tasnim.
Namun drama tak berhenti di situ. Beberapa jam setelah serangan tersebut, pemerintah Iran secara resmi menyatakan bahwa tindakan militer Israel ini adalah de facto sebuah deklarasi perang.
Pernyataan keras itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, melalui surat resmi yang ditujukan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam surat itu, Iran mendesak dunia internasional untuk tidak tinggal diam.
Israel dilaporkan meluncurkan lebih dari 100 serangan ke wilayah Iran dalam satu malam, menghantam titik-titik strategis seperti fasilitas nuklir, pusat komando militer, dan tempat tinggal tokoh penting.
Serangan ini bahkan menewaskan beberapa tokoh senior militer dan ilmuwan nuklir terkemuka, termasuk kepala staf angkatan bersenjata Iran.