Mohon tunggu...
Nova Rio Redondo
Nova Rio Redondo Mohon Tunggu... #Nomine Best Student Kompasiana Award 2022

Mahasiswa Teknologi Informasi UIN Walisongo Semarang. Personal Blog: novariout.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Saatnya Dunia Kerja Membuka Mata Tentang Batasan Usia

29 Mei 2025   18:05 Diperbarui: 3 Juni 2025   00:18 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang Sedang Mencari Pekerjaan | istockphoto.com

Bayangkan seseorang bangun pagi, bercermin, lalu menghela napas karena merasa tak cukup menarik untuk diterima kerja.

hampir semua lowongan kerja memuat kata-kata magis itu "berpenampilan menarik", "maksimal usia sekian tahun". 

Apakah dunia kerja sebegitu dangkalnya menilai seseorang? Di tengah gelombang bonus demografi yang sedang dialami Indonesia, pertanyaan ini menjadi semakin penting untuk kita jawab bersama. 

Bonus demografi adalah momen langka dalam sejarah sebuah negara. Di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih besar dibanding usia non-produktif.

Indonesia sedang menikmati masa ini, yang diperkirakan berlangsung hingga 2030. Ini seharusnya menjadi peluang emas bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Namun, bagaimana jika dalam masa emas ini, kita justru membatasi peluang kerja hanya untuk yang berwajah menawan dan berusia muda?

Apakah layak, di tengah limpahan tenaga kerja produktif, lowongan kerja masih seperti audisi model iklan sabun? Apakah orang-orang dengan pengalaman segudang, skill mumpuni, dan etos kerja luar biasa harus kalah hanya karena tak punya wajah fotogenik atau angka usianya sudah lewat?

Kita perlu jujur mengakui, sebagian besar iklan lowongan kerja di Indonesia masih mengandung unsur diskriminatif, baik secara usia maupun penampilan.

Pekerjaan administratif, kasir, bahkan marketing digital sekalipun, seringkali menyertakan syarat "berpenampilan menarik" dan "usia maksimal 27 tahun". Padahal, apa hubungannya desain feed Instagram dengan kerutan di dahi?

Di tengah derasnya arus bonus demografi, ini justru menciptakan ironi besar. Potensi tenaga kerja ada, tapi disaring dengan saringan yang salah.

Saatnya Menilai Lebih dari Permukaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun