Saya meyakini juga bahwa menulis merupakan bentuk dakwah. Saya tidak perlu berdiri di mimbar atau berbicara di depan banyak orang untuk menyampaikan pesan kebaikan.
Sederhananya adalah, dengan tulisan saya bisa menjangkau lebih banyak pembaca dan memberikan manfaat yang luas.Â
Di tambah lagi, menulis menjadi cara untuk menjaga ilmu agar tidak hilang dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Dengan menulis, seseorang dapat menginspirasi, mengajarkan, serta mengajak orang lain menuju kebaikan
"Jagalah ilmu dengan menulis." (Shahih Al-Jami', no.4434. Syaikh Al-Alban)
Menulis adalah salah satu cara untuk meninggalkan ilmu yang bermanfaat bagi banyak orang. Agar menulis benar-benar menjadi ibadah, niat yang ikhlas sangatlah penting. Menulis tidak hanya sekadar untuk mendapatkan popularitas, keuntungan materi, atau pujian.
Akhir Kata
Puasa bukan alasan untuk berhenti menulis. Justru, Ramadan bisa menjadi momentum untuk semakin produktif, lebih dalam merenungkan makna kehidupan, dan menuliskannya dengan sepenuh hati.
aya percaya bahwa setiap kata yang ditulis dengan niat baik akan membawa kebaikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Jika Ramadan adalah waktu memperbaiki hati, maka menulis adalah caraku mengabadikannya. Anggaplah menulis di bulan Ramadan bukan sekadar produktif, tapi juga reflektif.
Ramadan mengajarkan ketenangan, menulis menyempurnakannya dalam kata. Kadang, kata-kata paling jujur lahir di tengah keheningan puasa.
Saat lidah berpuasa, biarkan tulisan berbicara. Sebab kata-kata punya caranya sendiri untuk bersuara. See you, amigos.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI