Masa kuliah adalah salah satu fase paling berkesan dan penuh perjuangan dalam hidup. Melewati suka dan duka bersama, mulai dari tugas yang menumpuk hingga momen-momen santai di kantin kampus.
Hari-hari dipenuhi dengan organisasi, tugas kelompok, dan kegiatan kampus yang membuat waktu terasa begitu cepat berlalu. Di antara semua dinamika itu, ada kehangatan yang selalu menemani.
Walau terkadang terasa berat tapi tetap ada rasa hangat, seolah-olah kita akan selalu memiliki tempat untuk kembali. Namun, setelah wisuda, kehangatan itu perlahan memudar.
Dulu, obrolan di grup chat selalu ramai, tapi kini hanya dipenuhi pesan-pesan tak terbalas. Pertemuan yang dulu spontan kini harus direncanakan berbulan-bulan sebelumnya.
Aku dengan tujuanku dan rekan-rekanku dengan tujuannya juga. Itu hal yang sangat wajar, yang dulunya hangat sekarang berubah seolah dingin karena beban pikiran masing-masing. Kita hanya dingin tapi tidak kejam.
Lingkungan yang penuh semangat dan kebersamaan tergantikan oleh dunia kerja yang lebih kompetitif, kesibukan mencari pekerjaan, serta realitas kehidupan yang tidak seindah bayangan.
Keakraban dan Kesendirian
Saat kuliah, teman selalu ada di dekat kita. Setiap hari bertemu, bercanda, atau saling mengeluhkan tugas yang menumpuk. Jika ada masalah, seolah-olah selalu ada jalan keluar dan keajaiban yang datang.
Bahkan saat skripsipun saya masih bisa merasakan kehangatan mereka, hampir setiap hari saya dan beberapa teman kelas saya selalu mengerjakan skripsi bersama, bertukar informasi, saling membantu, dan berbagi semangat.
Namun, setelah lulus, semua orang mulai sibuk dengan jalannya masing-masing. Ada yang langsung bekerja, ada yang melanjutkan studi, dan ada pula yang masih berjuang mencari pekerjaan.
Obrolan di grup chat mulai jarang, pertemuan semakin sulit diatur, dan pasti kita sadar bahwa orang-orang yang dulu begitu dekat kini terasa jauh. Keakraban yang dulu hangat perlahan berubah menjadi kesendirian yang nyata.