Mohon tunggu...
rio mhd fahriansah
rio mhd fahriansah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya suka membahas tentang ekonomi dan bisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

AI dan Masa Depan Pekerjaan

24 April 2025   06:45 Diperbarui: 24 April 2025   06:59 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kehadiran kecerdasan buatan (AI) kini tidak lagi sebatas fiksi ilmiah. Dari chatbot di aplikasi perbankan hingga mobil otonom, AI mulai menyentuh banyak aspek kehidupan kita termasuk dunia kerja. Namun, seiring dengan pesatnya perkembangan ini, muncul pula pertanyaan yang menggugah rasa khawatir: apakah AI akan merebut pekerjaan manusia?

Pekerjaan yang Berubah, Bukan Hilang
Sejarah mencatat bahwa setiap revolusi industri selalu membawa kekhawatiran serupa. Ketika mesin uap ditemukan, ketika komputer masuk kantor, hingga kini ketika AI mulai otomatisasi berbagai tugas. Namun, faktanya: pekerjaan tidak hilang, tapi berubah bentuk. AI memang akan menggantikan beberapa peran rutin dan repetitif, tapi di saat yang sama ia juga membuka peluang baru.

Contoh nyata: pekerjaan seperti operator call center bisa digantikan chatbot, namun kebutuhan akan pengembang AI, analis data, dan ethical tech expert justru meningkat.

Siapa yang Paling Rentan?

Pekerjaan yang berisiko tinggi tergantikan AI umumnya adalah:
Pekerjaan rutin yang berulang (misalnya: kasir, entri data)
Pekerjaan yang bisa diotomatisasi dengan logika algoritma
Pekerjaan dengan interaksi manusia yang minim

Sementara itu, pekerjaan yang lebih aman dan bahkan tumbuh pesat adalah:
Profesi kreatif (penulis, desainer)
Pekerjaan berbasis empati dan interaksi sosial (guru, psikolog)
Teknologi dan rekayasa (AI developer, cloud engineer)

Adaptasi adalah Kunci
Dari pada takut, kita seharusnya fokus pada adaptasi. Dunia kerja kini menuntut kita untuk terus belajar dan beradaptasi dengan cepat. Kemampuan seperti berpikir kritis, komunikasi, dan literasi digital menjadi semakin penting.

Pemerintah, dunia pendidikan, dan industri perlu bekerja sama menghadirkan pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) yang relevan. Individu pun perlu lebih proaktif menggali potensi baru.

AI: Alat Bantu atau Ancaman?

AI bukan musuh. Ia adalah alat bantu. Yang perlu dijaga adalah bagaimana kita menggunakannya. Misalnya, AI bisa membantu dokter mendiagnosis penyakit lebih akurat, atau membantu petani memantau cuaca dan kondisi lahan. Namun, tanpa regulasi yang jelas, AI juga bisa disalahgunakan.

Kesimpulan: Haruskah Kita Khawatir?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun