Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengelola Impian dan Kenyataan Memiliki Rumah bagi Milenial

14 Oktober 2021   09:48 Diperbarui: 14 Oktober 2021   09:54 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara tentang memiliki sebuah rumah tentu tak ada habis-habisnya. Pasalnya bagi banyak para milienial yang memiliki pendapatan pas-pasan akan mungkin menguburkan niat memiliki rumah tersebut.

Tapi meskipun demikian harapan untuk memiliki rumah tentu tak akan pernah padam dalam benaknya. Segala upaya akan terus dilakukan agar bisa kedepannya memiliki impian tersebut.

Mulai dari menabung atau menyisihkan sedikit demi sedikit pendapatan yang ada hingga akhirnya mampu mendapatkan uang muka jika ingin melakukan cicilan.

Setelah dapat uang mukanya tentu tantangan berikut nya adalah bagaimana membayar cicilan tersebut hingga akhir masa kontrak pembayaran nya. Ada 10 tahun, 15 tahun bahkan 20 tahun, dan jika hal tersebut semakin lama dilakukan tentu lunas nya pembayaran kita usia kita sudah tidak lagi muda.

Kemudian tak jarang banyak pengembang yang justru melakukan wanprestasi seperti yang baru-baru ini diangkat beritanya oleh Kompas. Bagaimana mirisnya hati dan pupusnya harapan untuk bisa memiliki rumah tersebut. 

Bahkan sampai ada yang justru bercerai karena tidak kuat dengan dampak kerugian atas hasil tabungan yang sudah dikumpulkan puluhan tahun langsung ludes dalam sekejap.

Olehnya disini kita sebagai para milenial seharusnya mampu mengelola itu semua. Mengelola impian dan kenyataan yang terjadi setelahnya. Jika tidak mampu mengelolanya maka kita tentu tidak berharap pengalaman dari satu keluarga yang ada di Jakarta seperti yang diberitakan oleh Kompas baru-baru ini terjadi sama kita.

Awalnya ingin membina rumah tangga yang baik dan punya rumah sebagai pelengkap kebahagiaan tersebut ternyata yang terjadi setelah nya rumahnya hilang, tabungan pun lenyap setelah disetor kan kepada pengembang yang wanprestasi. Kebahagiaan pun kian menjauh bahkan memilih berpisah atau bercerai.

Kemampuan mengelola berikut nya yakni jika hidup di kota besar, harapan untuk memiliki rumah tapak pun boleh dibilang agak sulit. Maka solusi nya adalah kembali mengubah impian rumah impian ke rumah vertikal. 

Sebab di samping harga yang tentu jauh lebih murah memilih rumah vertikal, daya kita akan jauh lebih hemat untuk bisa segera mewujudkan nya. Kecuali memang jika memiliki kemampuan keuangan lebih dari rata-rata pendapatan yang didapatkan nya.

Memang butuh penyesuaian yang sangat besar jika tinggal di rumah vertikal apalagi jika itu ada tingkat yang lebih tinggi lagi. Membuat nyaman diri dan seluruh keluarga menjadi hal yang utama yang harus dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun