Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Begini Geliat Membangun Desa yang Mampu Menonjolkan Ciri Khasnya

12 Januari 2019   14:37 Diperbarui: 12 Januari 2019   21:20 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini masih kisah tahun baru kemarin. Dan ternyata kita sudah masuk di hari ke-12 dari sekitar 364 hari yang akan kita jalani di sepanjang tahun 2019 ini. Dimana seharusnya hari-hari kita dipenuhi dengan upaya untuk selalu kreatif untuk bisa menghasilkan karya.

Terlepas karya tersebut bisa menginspirasi orang-orang di sekitar kita atau tidak, tapi upaya produktif tiap-tiap kita hendaknya selalu bisa diupayakan. Sebab kaLau tidak kita hanya akan selalu berada di tempat yang sama dan tidak bertumbuh. Dan pergantian tahun hanya akan sekedar pergantian, tanpa ada moment-moment berharga yang mungkin bisa kita capai dan kita ingat

Begitu juga dengan upaya pembangunan desa-desa yang ada di tanah air kita. Tidak sedikit yang masih tertinggal dan kalah jauh dari desa-desa lain yang sudah maju duluan. Padahal upaya percepatan pembangunan desa di masa Jokowi, betul-betul sangat diperhatikan. Bahkan menyiapkan anggaran hingga triliunan rupiah dan tiap desa bisa mendapatkan hampir Rp.1 miliar per tahunnya.

Baik itu untuk pembangunan akses jalan, supaya jalan-jalan di desa bisa semakin baik, maupun upaya untuk mengangkat potensi ekonomi desa. Dimana ketika ekonomi keluarga-keluarga desa semakin meningkat, maka yang namanya kesejahteraan yang adil dan merata yang juga merupakan cita-cita bangsa kita akan tercapai.

Dok Pribadi, Desa tempat Mertua Tinggal
Dok Pribadi, Desa tempat Mertua Tinggal
Kembali lagi tidak semua desa bisa memanfaatkan betul dana anggaran desa yang begitu besarnya. Dimana ketika saya berkunjung ke tempat mertua saya, di desa Sei Mentaram, Kabupaten Batubara, kesan untuk mendapatkan akses jalan yang mulus, tanpa adanya goncangan karena gundukan tanah yang berbatu-batu, akan sirna.

Dimana disepanjang dari jalan besar hingga menuju rumah orang tua kami tersebut, hampir separuhnya akan menemukan jalan bergunduk-gunduk penuh batu, tanah dan pasir. Ketika hujan akan begitu beceknya alias berlumpur, tapi ketika terik siang, akan begitu berdebu dan sangat tidak sehat.

Dan juga akan jelas terlihat, mana desa-desa yang kepala desanya giat dan berhasil dan mana kepala desanya yang seakan senang melihat debu berterbangan di depan matanya, ataupun senang ketika melihat lumpur yang bahkan ada di depan kantornya sendiri untuk menjalankan keseharian tugasnya.

dok pribadi
dok pribadi
Khususnya saya sendiri merasa sangat heran, kok bisa si Bapak ini masih terpilih lagi di paruh kedua untuk memimpin desa dimana mertua-ku tinggal. Entah apa yang menjadi kepuasan warga bagi beliau? Padahal ketika melihat akses jalannya saja, kita bisa begitu bergumul dalam hati.  

Hal ini patut dipertanyakan. Karena melihat sendiri bagaimana desa dimana aku bekerja dan mengabdi, kesan seperti di kampung ku tersebut sangat jauh. Akses jalannya sudah sangat bagus bahkan ketebalan semen jalan-nya mungkin bisa bertahan hingga 10 tahun lebih baru akan rusak. Bukan bermaksud untuk menjelekkan tapi kedepannya supaya ada upaya perbaikan.

Artinya dengan semua itu akses-akses jalan itu, tentu akan sangat mempermudah hidup kita. Baik ketika kita sedang beraktivitas, maupun ketika akan meningkatkan taraf ekonomi keluarga kita masing-masing.

Kemudian ketika melihat hampir mayoritas desa-desa yang ada di seluruh Indonesia begitu antusias dan bergeliatnya di dalam memajukan tiap-tiap desanya. Tapi untuk bisa memunculkan serta memaksimalkan potensi yang sudah ada di desa itu, butuh perjuangan yang amat berat. Ibarat sebuah mutiara yang terpendam, dimana kita harus ulet dan pantang menyerah untuk segera mencarinya hingga ke dasar lautan yang paling dalam-pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun