Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Praktek Curang Dunia Pendidikan Kita, Untuk Apa?

30 Agustus 2017   03:02 Diperbarui: 30 Agustus 2017   06:01 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini Tirto.id menyampaikan sebuah investigasi yang dilakukan oleh Tim Evaluasi kinerja Kemeristekdikti terhadap dunia pendidikan tinggi kita. Dan ini berkaitan dengan Universitas yang terkenal di Jakarta, UNJ-Universitas Negeri Jakarta. Tak tanggung-tanggung, Rektor berani menerbitkan gelar akademik setingkat doktor kepada sejumlah orang yang notabene adalah kepala daerah yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Berdasarkan hasil temuan tersebut, Tim EKA mencoba mengkonfirmasi dulu ke pihak kampus akan segala tindak-tanduk perjalananan dunia pendidikan tinggi kita ini. Setelah menyempaikan hal tersebut, pihak kampus terkesan menolak segala tuduhan tersebut.

Dan serta merta pihak kampus mengajak para alumninya untuk membuat surat keberatan kepada  Kemenristekdikti atas segala tindakan tidak etis yang dilakukan oleh Tim Evaluasi Kinerja Akademik (EKA) Kemenristekdikti. Sebab disinyalir hal ini akan membawa dampak buruk kepada seluruh alumni-alumni yang ada. Rektor mengakui bahwa tindakan para alumni tersebut murni, bukan karena disuruh atau mendapatkan tugas dari pihak rektor. Padahal pada kenyataannya rektor sendirilah yang berusaha menggalang kekuatan para alumni.

Terduga ada 5 pejabat Sulawesi Tenggara yang menjadi  plagiator untuk bisa mendapatkan gelar doctor yang telah diterbitkan UNJ. Yakni Nur Alam (Gubernur dan juga tersangka KPK), Nur Endang Abbas (Kepala Badan Kepegawaian Daerah), Sarifuddin Saffa (Asisten I Sekda), Muhammad Nasir Andi Baso (Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), Hado Hasina (Kepala Dinas Perhubungan).

Disinyalir mereka menyelesaikan disertasinya hanya dalam waktu 1-2 bulan sebelum ujian terbuka dimulai. Dan semuanya disertasinya hanya dikerjakan pada satu komputer doang. Wau dasyat cara kerja mereka. Padahal untuk menyelesaikan skripsi saja butuh waktu kurang lebih satu tahun, apalagi ini namanya sudah tingkat S-3, bisa selesai hanya dalam waktu paling lama dua bulan. Perlu dipertanyakan.

Berdasarkan data SCImago, Untuk jumlah dokumen yang terpublikasi internasional, di tingkat dunia, Indonesia menempati peringkat 45. Di kawasan Asia, posisi Indonesia berada di urutan 11, sementara di tingkat ASEAN peringkat keempat. Dengan jumlah karya ilmiah yang terpublikasi ditahun 2016 sebanyak 11.740 saja. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Negara Malaysia yang sudah mencapai angka 28.560 karya terpublikasi internasional. Hampir lebih dua kali dari pencapaian Malaysia. maka tak heran jika Indonesia jauh tertinggal dari Negara-negara tetangga kita.  

Praktek kecurangan UNJ bisa didapatkan karena adanya temuan berikut.  Terdapat ketidakcocokan antara jumlah yang menyelesaikan studi tingkat pascasarjana dengan nomor ijasah yang sudah diterbitkan. Dari kurun waktu Desember 2004 hingga September 2016, UNJ meluluskan 2.104 mahasiswa doktoralnya. Sementara dari jumlah Ijasah yang sudah diterbitkan, meluluskan sekitar 2.557 mahasiswa. Ada selisih 453 jumlah doctor yang dihasilkan selama kurang lebih 12 tahun.

Juga temuan lain yang semakin menunjukkan bahwa adanya praktek kecurangan yang dilakukan dalam dunia pendidikan di UNJ adalah adanya beban berlebih untuk mempromosikan seorang doktor. Menurut peraturan menristekdikti nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 menyebutkan bahwa beban seseorang dosen dalam membimbing karya ilmiah hanya 10 orang dalam satu tahun.

Didapati  bahwa Djaali,yang merupakan rektor dari UNJ juga sekaligus sebagai promotor doktoral mahasiswa, ditahun 2016 bisa mempromotori dan meluluskan 118 orang mahasiswa, dan ditahun 2015-nya meluluskan sebanyak 64 mahasiswa. Sungguh angka yang fantastis dalam pencapaiannya.

Ini masih temuan pada satu kampus, bagaimana dengan institusi atau perguruan tinggi yang lain yah. Mempraktekkan hal yang sama atau tidak sama sekali. Menjadi tanda tanya besar bagi kita. Bagaimana bisa dunia pendidikan kita semakin maju jika adanya praktek-praktek kecurangan dalam menghasilkan lulusan orang-orang yang berkarakter sekaligus berintelektual tinggi. Padahal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ada ditangannya sendiri. Sebab dia sudah berada di puncak tertinggi dari jenjang sistem pendidikan ini .

Pengaruh Uang dan Jabatan dalam Dunia Pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun