Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Pegawai -

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rumah Singgah #SR With Love (1)

4 Agustus 2015   11:48 Diperbarui: 4 Agustus 2015   11:48 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bandung, 30 juli 2015

Aku dan Sasa sampai di Bandung pukul 05.07 WIB. Bus yang mengantar kami juga sudah akan pergi setelah menurunkan barang para penumpang. Aku dan Sasa segera buka HP dan mengabari grup Sedekahrombongan Wilayah Barat untuk menjemput kami. Karena Korkot kami, Teh Widhi kedua nomornya sedang tak aktif. Kami menunggu beberapa lama kurir Bandung yang ada di rumah singgah. Avin namanya beserta Isal. Yak kami sudah mengenal Avin dari grup. Dia artis banget soalnya fotonya eksis dimana-mana. Pukul setengah 6 pagi kami berangkat menyusuri Kota Bandung yang dingin menuju rumah singgah sedekah rombongan Bandung. Melewati jalan jalan berputar, pohon-pohon akasia, Anak SMA yang akan berangkat ke sekolah. Serta hotel-hotel besar  yang jaraknya berdekatan satu sama lain. Lalu melewati Rumah Sakit Hasan Sadikin. Rumah sakit besar dengan gedung gaya lama itu akhirnya bisa ku lihat secara langsung, setelah jadi perawat baru 'ngeh' pentingnya tau RS besar yang ada di setiap tempat yang kita singgahi. Yang mencengangkan, bahwa pukul setengah 6 pagi pasien-pasien poliklinik RS Hasan Sadikin sudah ramaaaaai sekali. Ngantri berjejalan di jalan itu. Berdiri tumpah ruah. Bahkan kata Kang Isal, yang ngantri di poli bisa dari jam 2 pagi... wiiih luarbiasa antusiasnya : )

 [caption caption="dok.pribadi. RSSR Bandung"][/caption]

Beberapa menit kemudian, kami memasuki gang kecil, cukup padat rumah disana, jalan Suka Gali Gg.Pak Elas kec Sukajadi, Bandung. Kami naik kerumah bertingkat nan sederhana itu. YA. Itulah rumah singgah sedekah rombongan Bandung. Disana terdapat beberapa pasien beserta orangtua dan pendampingnya.  Avin segera membelikan sarapan untuk kami, maklum kami kurir yang datang dari tempat jauh, ‘Lampung’, hehe. Bubur ayam tanpa kuah kaldu dihidangkan dari akang tukang bubur. Walaupun kami merasa aneh, karena bubur ayamnya kering, toh kami menghabiskan semangkuk bubur ayam yang dibelikan. Avin beli kupat tahu, lagi-lagi kami merasa aneh, karena kupat tahunya tidak disiram dengan santan seperti di Lampung, melainkan dengan bumbu kacang cair seperti orang makan petisan, hehe.

 [caption caption="dok.pribadi. Adik Nanang dan balonnya :)"]

[/caption]

Pagi itu yang terlihat tengah bersiap-siap dengan kemeja dan rompi rajutan, ialah dik Nanang. Saat itu dik Nanang sedang di gendong ibunya, hendak turun tangga. Si Avin (Pengurus Rumah Singgah SR Bandung) memanggil Dik Nanang untuk memberikannya selembar uang jajan lima ribu rupiah, kami gaktau ini Avin pencitraan apa bukan (haha, piss Vin!), yang jelas Dik Nanang seneng banget dapet uang jajan itu. Terlihat kaki kanan Dik Nanang kecil sebelah, berwarna kehitaman area kulitnya. “Nanang kena TBC tulang teh, tangan sama kakinya..” ucap Avin. Pagi itu Dik Nanang akan kontrol di Poli RS Hasan Sadikin dan menjalankan terapi di kaki dan tangannya. Kaki kanan dik Nanang yang mengecil tak menyurutkan langkahnya. Ada kaki bantuan yang sengaja di modifikasi dan sesuai tinggi kaki yang disebelah Dik Nanang, akhirnya Dik Nanang yang berusia 5 tahun ini tetap bisa jalan walau dengan langkah tertatah.

 [caption caption="dok. pribadi. Dik Nanang dengan Diagnosa TBC Tulang"]3

[/caption]

Kami istirahat sejenak di rumah singgah, sembari menunggu Teh Widhi pulang mengajar. Teh Widhi datang dan tak membangunkan kami tidur. Ia langsung menyusun keperluan medis yang diperlukan untuk acara besar sedekah rombongan di tahun ini. berbagai obat telah siap, berbagai macam obat ringan sampai peralatan infus, pun sampai ventolin sebagai obat untuk inhalasi dengan nebulizer. Tabung oksigen pun telah disiapkan.

 [caption caption="dok.pribadi. persiapan medis untuk Milad Sedekah Rombongan"]

[/caption]

Jelang sore, diantar Kang Cucu, kami hijrah lagi kerumah teh Widhi sebelum berangkat ke Cikole, Lembang. Kang Cucu bilang “Pergi Bersama Bidadari Syurgaaa..” Haha kutipan itu yang buat grup WhatsApp Sedekahrombongan sempat ramai karena jokes dari Kang Cucu, Aamiin dah Kang.

[caption caption="dok.pribadi. Pergi bersama bidadari Syurgaa -Kang Cucu- :")"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun