“Della, besok nenek akan datang dari Jawa dan menginap dirumah kita, kamu pasti senang,” ujar ibu dari ruang tengah sambil menonton TV, aku meringis. “Wah.. aku senang sekali bu… jam berapa nenek datang?supaya aku dapat bersiap-siap menemuinya,” jawabku dengan senyum terpaksa. “Uh, ngapain nenek lampir itu datang,” batinku.. Aku yang sejak tadi berada di atas sofa, tepatnya di sisi kanan ibu merasa enggan untuk bertanya lebih detail mengenai nenekku yang akan datang dan menginap, entah kenapa aku pusing bila nanti mendengar nasihatnya yang selalu menceramahiku.
Aku masih ingat, dulu saat aku sedang asik bermain kelereng dengan Dido, Rendi dan Wawan, tiba-tiba nenek datang mengganggu kami, menceramahiku,kata nenek aku gak boleh bermain kelereng dengan anak lelaki, aku malah disuruh main boneka didalam rumah. Kenapa nenek selalu menggangguku?aku juga kan ingin bebas bermain dengan teman-teman ku, hak ku dong kalau aku ingin bermain kelereng dengan mereka. Uh.
Keesokan harinya.. aku belum keluar dari kamar nyamanku, karena hari minggu aku masih bersantai, sambil memastikan apakah nenek sudah datang. Biasanya, kalau nenek datang dia sudah cerewet membicarakan ini-itu. Tapi… kenapa suasana di rumah sepi?tidak ada suara berisik. Hanya ada suara ayah dan ibu yang sedang mengobrol di depan TV. Aku memutuskan keluar kamar, baru sampai di depan pintu ayah sudah mengajakku bicara, “Della, Nenek gak jadi datang, karena nenek merasa kurang sehat untuk ke Lampung sekarang ini,” ungkap Ayah sambil melipat koran yang baru saja ia baca. “Yaaa.. Sayang sekali, padahal aku sudah menantikan kedatangan Nenek Yah…” jawabku dengan wajah kecewa, padahalbatinku girang sekali mendengar hal itu. “Wah ternyata Della sangat kangen dengan Neneknya ya…” tanggap ibu sambil membawa sepiring roti tawar beserta kopi. “Iyadong Bu, aku kan sayang sama Nenek.” Ibu beranjak hendak membuatkan aku susu, “Gak usah Bu, aku bisa buat susu sendiri kok” . “Wah anak Ayah baru kelas 3 SD saja, sudah bisa buat susu sendiri, Ayah bangga sama kamu,” ucap ayah sambil tersenyum. “Iyadong Yah… anak Ayah..” aku segera bergerak kearah dapur membuat susu coklat kesukaan aku, entah kenapa hatiku girang sekali mendengar bahwa Nenek tidak jadi datang.
Seusai aku membuat susu, aku tersentak kaget, sampai-sampai gelas yang kubawa hampir terlepas dari pegangan. “Ne..nenek datang?katanya Nenek sedang tidak sehat?” Tanya ku terkaget. “Hehehe Ayah sengaja, mau melihat ekspresi kamu. Ternyata, kamu memang menantikan kedatangan Nenek. Tuh Nenek sudah datang,” tukas Ayah. “I…Iya Yah..” aku menghampiri Nenek dan mencium tangannya, dan nenek mencium keningku. Uh kenapa Nenek harus datang?? Batinku gusar.
Tak terasa sudah tiga hari nenek menginap di rumahku. Banyak sekali aturan yang diutarakan Nenek kepada ku, Nenek sering ikut campur urusanku. Bayangkan saat itu aku sedang belajar bersama temanku, kemudian Nenek datang merubungi kami dan mengajak kami mengobrol, kata teman-teman ku saat itu, nenek ku sangat baik dan pengertian. Bahkan temanku Dini ingin punya nenek yang seperti ku?hu kupikir mereka salah.
[caption id="attachment_203298" align="aligncenter" width="300" caption="photo from google"][/caption]
Aturan-aturan Nenek sangat banyak terhadapku, mulai dari merapikan kamar, mengucap salam bila masuk rumah, jangan berbicara sambil makan, jangan terlalu tomboy, terlebih Nenek menyuruhku untuk melepaskan anting emas dan kalung emas yang sudah kukenakan sejak kecil. Aku tak memperdulikan nasihatnya itu, karena aku sudah capek dengan aturan-aturannya.
Suatu sore, hujan deras. Aku baru saja pulang dari les matematika. Aku hanya berdiri di halte, berharap bus segera datang dan hujan berhenti turun. Aku melihat di sekitar, sepi. Yang membuatku tak tenang adalah dua orang pemuda yang sejak tadi mengobrol sertamelihat ku dengan tatapan berbeda. Aku jadi tak tenang.
Tiba-tiba mereka mendekat, dan segera merenggut kalung serta antingku, aku kaget dan takut. Tak seberapa jauh para pencuri itu melangkah, tiba-tiba ada seorang wanita yang mengenakan jilbab, menggebuk mereka dengan payung yang ia bawa, kemudian menendang pencuri itu, lalu mengambil anting dan kalungku kemudian berjalan kearahku. Aku amat bersyukur, aku ingin mengetahui siapa wanita penolong itu, semakin mendekat, “Ini anting dan kalungmu Della..” aku tersentak, kenapa ia bisa tau namaku? wajah si penolong itu makin terihat, ternyata… “Nenek??!” aku terkejut. “Iya nenek khawatir, jadi datang ingin menjemputmu, ternyata kamu disini. Kamu gakpapa kan?” Tanya Nenek. “Enggak apa-apa Nek, Nenek maafkan aku…”aku segera merenggut tangan kanan nenek kemudian mencim punggung tangannya. “Nek, selama ini aku jahat sama Nenek, aku pikir Nenek terlalu mengaturku,dan nenek terlalu cerewet. Ternyata semua yang Nenek sampaikan supaya aku terhindar dari hal-hal yang jahat.”
“Kamu cucu Nenek yang paling baik, Nenek gak merasa kamu jahatin kok. Hanya saja, kamu harus lebih hati-hati ya cu..” tukas Nenek sambil mencium keningku. Kini aku sadar, bahwa aku memiliki Nenek yang sangat baik, Nenekku memang hebat!ia berani melawan pencuri demi cucunya. Aku berjanji pada diriku sendiri agar bersikap baik dan tidak mengecewakan Nenek serta orangtua ku.
Rinta Wulandari