Menjalani rutinitas perjalanan dengan waktu tempuh lumayan lama dan  berulang tak jarang membuat diri ini menjadi jenuh, kemudian stress dan kelelahan. Commuting Stress yakni ketegangan, kelelahan yang di alami seseorang akibat perjalanan (rutin) pulang pergi yang dilakukannya dalam jangka waktu yang tak sebentar.
Saat berangkat kerja keadaan tubuh pengguna jalan misalnya kereta masih dalam keadaan segar. Namun tak semua. Ada juga pengguna kereta ibu bekerja yang sudah bangun dari pukul 03 pagi. Sudah melakukan pekerjaan rumah tangga lebih awal. Mencuci, memasak, menyiapkan bekal anak sekolah. Atau penumpang yang rumahnya di Bogor harus naik KRL pertama. Mengincar kursi kosong agar bisa mengisi waktu perjalanan dengan tidur.Â
Walau masih segar berangkat di pagi hari namun kenyataan padat tak dipungkiri. Ratusan penumpang lainnya juga mengantri KRL di pagi hari untuk nerangkat ke lokasi kerja yang sama jauhnya. Sebagian besar penumpang sudah siap dengan headphone di telinga, gawai ditangan. Di dalam gerbong kereta tidak ada percakapan. Karena biasanya antar sesama penumpang memang tak saling mengenal. Namun penumpang larut melakukan aktivitas masing-masing dalam perjalanan. Diantaranya ada yang asyik dengan film yang sedang di saksikan dari gawainya, membalas pesan online dari aplikasi, melihat gambar di sosial media, membaca Wattpad. Atau bahkan menulis di handphone jika suasana mendukung dan tak terlalu berhimpitan dan ide sedang mengalir.
Kala pulang kerja di sore hari suasana tak kalah ramai. Masih bergelut dengan keramaian, himpitan, dorongan penumpang lain dan melakukan perjalanan yang sama lama nya seperti saat berangkat. Aku biasanya mengisi dengan memejamkan mata atau bertahan. Ya memejamkan mata sambil berdiri. Tangan sambil menggantung diatas. Menggenggam erat alat untuk mempertahankan posisi tubuh supaya tak terjatuh akibat goncangan.Â
Jika sedang beruntung dan mendapat kursi dari penumpang lain yang turun duluan dan aku bisa duduk, bisa dimanfaatkan untuk memeriksa jadwal pekerjaan, atau lanjut munulis, membaca buku. Bisa juga untuk merebahkan kepala yang mungkin tidurnya masih kurang. Sambil telinga tetap waspada mendengar arahan audio kereta ya. Supaya tidak terlewat stasiun tujuan.
Melakukan aktivitas dalam perjalanan membuat waktu tanpa terasa berlalu dan tujuan perjalanan makin dekat tak terasa. Â Sesekali biarkan mata kita melihat-lihat pemandangan yang ada di luar jendela kereta ya. Lihatlah pemandangan depan yang jauh, awan, pohon, rumah warga.
 Melihat motor atau mobil yang sedang lalu lalang di luar sana. Hal ini bisa memberi peregangan bagi otot siliaris dan lensa mata kita yang lelah akibat memandang cahaya biru dari gawai atau dari cahaya monitor komputer di tempat kerja.
Perjalanan yang kita lakukan memang kadang membuat jenuh. Rasa malas ke tempat kerja sering melanda. Namun tubuh dewasa kita tetap beranjak menuju tempat kerja. Di sisi lain pekerjaan yang kita lakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dan berjuang suatu saat dana cukup untuk staycation dengan keluarga tercinta serta melihat senyum mungil bahagia anak-anak. Maka tak heran bekerja atau mencari nafkah halal sama seperti beribadah, amalan yang berpahala.