![[menulis] Menulis sebagai Ritual Refleksi di Ujung hari](https://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2025/09/03/eba8dc2e-56f7-4846-91fb-67b7d862a109-68b85aadc925c4320b214562.png?t=t&v=100&x=100&info=meta_related)
Berhadapan
Berhadapan bukan untuk saling melawan. Mereka hanya ingin menyeberang rel kereta api. Saat menyeberang jalanmu harus cepat. Karena peluit panjang security akan nyaring seperti engkau melakukan pelanggaran kartu merah dalam permainan bola.
Tas Besar
Tas besar si pekerja keras. Isinya lengkap.. ada air minum, bekal makan siang, buku bacaan, alat sholat dan kosmetik. Ia super lengkap alatnya. Baginya di kantor sudah memenuhi hari-harinya. Maka alat tempur harus siap semua.
Gelantungan
Penuh sesak orang bergelantungan di dalam Kereta Rel Listrik. Kata orang jakarta bukan untuk pemula. Karena di dalam perjalanan pulang-pergi ke kantormu harus berjibaku dengan kelelahan dan dorong mendorong. Kalau tak kuat. Kamu akan masuk celah peron. *eh
Mengantuk
"Apakah aku bisa tidur dengan cara berdiri?" Sepertinya tidak. Tidur paling nyaman adalah berbaring. Badanmu akan relax. Bangun tidur terasa segar. Namun 5 tahun di Jakarta aku terbiasa ketiduran berdiri sambil bergelantungan di kereta. Cukup nyenyak. Walau sesekali mengintip, sudah dimana aku? "Ah sial stasiun tujuan aku terlewat!" Hm nyenyak juga ya tidur berdiri....
Bediri Rapat
