Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengkultuskan Jokowi dan Prabowo, Merusak Persatuan dan Kesatuan Bangsa

17 Mei 2018   00:27 Diperbarui: 17 Mei 2018   00:39 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata lain dari mengidolakan juga sama artinya dengan mengkultuskan, yaitu mendewa-dewakan atau memuja-muja. Kultus adalah penghormatan secara berlebihan kepada orang, paham atau benda.

Dalam konteks bernegara, kita juga tidak boleh melakukan kultus individu terhadap pemimpin. Kultus individu berarti melakukan penghormatan berlebihan terhadap seseorang termasuk terhadap seorang pemimpin yang dianggap sebagai dewa atau berhala.

Seperti belakangan yang sedang terjadi, muncul dua kubu yang secara tidak langsung telah mengkultuskan dua orang pemimpin yang dianggap memiliki kehebatan yang luar biasa, yaitu: Jokowi dan Prabowo.

Kedua kelompok, masing-masing menganggap bahwa idolanya adalah orang yang paling tepat, orang yang paling hebat, orang yang paling mampu, orang yang paling bisa memimpin negeri ini keluar dari masalah kemiskinan dan menuntun Indonesia mewujudkan masyarakat sejahtera yang adil dan makmur.

Kelompok yang mengidolakan Jokowi beranggapan bahwa Jokowi telah berhasil memimpin pada periode pertama pemerintahannya dengan pembangunan infrastruktur dan melakukan banyak perubahan yang signifikan terhadap kemajuan birokrasi, dsb, sehingga dianggap Jokowi harus memimpin negeri ini 2 periode.

Kelompok yang mengidolakan Prabowo beranggapan bahwa Jokowi benar-benar telah gagal dalam pembangunan ekonomi. Kemiskinan semakin merajalela, utang luar negeri semakin melonjak dan tenaga kerja asing khususnya dari China semakin merajalela. Dan tidak sedikit fitnah dan ujaran kebencian dimunculkan untuk mendukung fakta-fakta tersebut.

Sehingga timbul kampanye bahwa #2019harusgantipresiden, yang sering berujung pada "perang psikologis" di media massa dan media sosial. Dan tak jarang kata-kata kotor yang tidak sepantasnya muncul dari antara kedua belah pihak.

Saudara-saudaraku, berhentilah mengkultuskan kedua pemimpin tersebut. Marilah kita mengagumi dan mendukung secara wajar dengan akal sehat. Bukan dengan kebencian yang membabi buta. Juga bukan dengan memuja pemimpin secara berlebihan bag dewa.

Prabowo juga tidak akan mampu membenahi negeri ini dalam waktu sekejap dengan "Bim sala Bim, arakadbra, hah....", lalu Indonesia berubah dalam sekejap. Itu hanya mimpi bodoh yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Yang benar adalah kedua kelompok harus saling bergandengan tangan, bersatu untuk membangun negeri ini. Menjauhkan segala fitnah dan kebencian dan menghindari segala bentuk adu domba dan perpecahan.

Janganlah bodoh. Indonesia jauh lebih besar daripada Jokowi dan Prabowo. Jokowi dan Prabowo hanya dua orang anak bangsa yang hari ini ada dan beberapa waktu lagi akan berlalu. Sementara negeri ini akan tetap ada sampai bumi benar-benar kiamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun