Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Meluruskan Gagal Paham Terkait Mobile Legends di Debat Pemilihan Presiden

15 April 2019   19:55 Diperbarui: 15 April 2019   20:17 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Di stadion Veldrome di Jakarta ketika penulis sedang olah raga Minggu sore, tidak sengaja, terdengar dua orang ibu-ibu sedang diskusi terkait debat pemilihan presiden yang berlangsung pada Sabtu 13 April 2019 yang lalu.  

Terdengar mereka bingung dengan adanya Mobile Legends dalam debat itu. Kedua ibu itu merasa tidak pas Jokowi berbicara terkait mobile legends. "Itu kan urusan anak-anak. Saya saja tidak tahu!", ujar seorang ibu. Tampaknya mereka lebih cenderung memilih lawan Jokowi dari nada bicaranya.

Secara gamblang, mereka bisa dikatakan tidak paham sepenuhnya soal yang disampaikan seorang presiden dan calon presiden yang menyebutkan Mobile Legends tersebut dalam debat. Ketidakpahaman bahkan menyeruak luas dengan banyaknya komentar di ruang maya yang mentertawakannya. Mereka tertawa karena mereka tidak sepenuhnya mengerti atau gagal paham.

Lalu, mengapa Jokowi menanyakan soal itu dalam kerangka ekonomi kreatif dan bagian dari e-sport di debat itu? Apakah itu menjebak Prabowo yang tidak suka dengan digital-digitalan, karena dia sudah sangat jauh terputus dari dunia digital-digitalan sebagai bagian dari generasi baby boomers? Apakah Jokowi hendak menguji Prabowo soal jenis-jenis game dan sekaligus mendekati dunia milenial yang erat berkelindan dengan e-sport dan Mobile Legends?

Kemungkinan di atas bisa terjadi. Tetapi, tentunya Jokowi berbicara sesuatu yang jauh lebih besar dalam konteks pembangunan negara dan ujungnya kemakmuran negara. Memang, ada hubungannya? Pastilah. Dalam konteks ini, Jokowi berbicara soal potensi yang bisa dikembangkan untuk membangun negara ini.

Jika kita buat semacam zonasinya, maka bisa disampaikan sebagai berikut. Makronya adalah pembangunan ekonomi. Mezonya adalah ekonomi kreatif. Micronya adalah e-sport, dan lokusnya adalah Mobile Legends. Mobile Legends bisa dikatakan sebagai contoh saja dari banyak jenis, dan tentunya bukan semata-mata berbicara soal Mobile Legends.

Sekarang kita lihat, apa yang terlibat dalam sebuah e-sport dan sebagai contoh adalah game Mobile Legends. Di dalam sebuah game dalam konteks e-sport terdapat berbagai elemen penyusun prosesnya mulai dari hulu hingga hilir.  

Disana terdapat creator, programmer, gamers, merchandise, promosi dan iklan, teknologi, hardware, komputer, regulasi, dan menciptakan overseas economy, tiket pertandingan dan penonton serta masih banyak lagi. Dengan membangun e-sport ini, banyak peluang pendapatan yang diciptakan dan juga lapangan kerja.

Industri sponsorship dari industri game, menurut 2019 Global Esport Market Report, mencapai hingga USD 456,7 juta dolar. Hitung saja sendiri berapa rupiahnya. Di dalam sponsorship ini tentunya ada tenaga kerja yang diperlukan dari orang-orang kreatif, komunikasi, promosi dan media. Itu baru dari sponsorship saja.

Bagaimana dengan content creator. Ini peluang bagi generasi muda Indonesia untuk menciptakan game-game yang bisa bersaing dengan negara lain yang menciptakan dampak turunan ekonomi di dalam negeri dan luar negeri (overseas economy). Bahkan kegiatan ekonomi turunannya seperti youtuber, bukan pemain game, tetapi hanya analisnya atau bahkan hanya berceloteh soal sebuah game, bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp. 222 milyar per tahun seperti Pewdipie.

Masih dari laporan yang sama, diperkirakan akumulasi pendapatan dari e-sport ini pada tahun 2019 mencapai USD 1,1 milyar dengan pertumbuhan sekitar 26,7% dari tahun 2018 yang berkisar USD 897, 2 juta. Pada tahun 2020 diperkirakan angka ini akan menjadi USD 1,8 milyar -- USD 3,2 milyar. Angka-angka ini sangat besar dan potensi ekonominya sangat besar dan menjadi ladang yang harus mendapat perhatian dari pemerintah.

Pertumbuhan peminat game meningkat drastis dari 2017 ke 2019. Di tahun 2017 jumlah pelakunya, kombinasi pemain gamer sejati dan yang bukan, mencapai 335 juta orang seluruh dunia. Di 2019 diprediksi akan menjadi 454 juta orang. Diprediksi pada tahun 2022 akan menjadi 645 juta orang. Wilayah Asia Pasifik akan menjadi wilayah dengan peminat mayoritas sekitar 57% di tahun 2019 saja.

Dengan gambaran dan proyeksi seperti di atas dan potensi pendapatan yang bisa dihasilkan dari e-sport dalam konteks ekonomi kreatif dalam kerangka pembangunan perekonomian bangsa, tentunya pemerintah sudah seharusnya memberikan perhatian yang sangat besar. China sendiri telah mendapatkan pendapatan sebesar USD 210,3 juta dari industri e-sport pada tahun 2019.

Menjadi sangat naif kemudian, jika apa yang ditanyakan Jokowi kepada Prabowo terkait e-sport dengan contoh Mobile Legend dalam kerangka ekonomi kreatif dianggap sepele. Jika ada pihak yang tidak paham, karena mereka memang kehilangan hubungan dengan konteksnya.

Bisa dibayangkan, jika pemerintah memberikan perhatian serius pada industri e-sport mulai dari hulu hingga hilir, Indonesia akan dapat memajukan perekonomian bangsa dengan melihat pada angka-angka yang disebutkan di atas. Itu baru angka pada tahun 2020.

Bangsa ini tentunya tidak akan runtuh pada 2030. Dengan demikian potensi ekonomi e-sport akan sangat menjanjikan untuk menambah pundi-pundi pendapatan negara ini. Banyak sektor yang terlibat dan bisa menciptakan overseas economy yang pada gilirannya dapat mengirimkan tenaga kerja Indonesia yang tentunya tidak akan sebagai tenaga kasar lagi.

Hal bahwa e-sport merupakan industri yang harus digarap untuk meningkatkan perekonomian bangsa menjadi keniscayaan. Jika kemudian jawabannya adalah 'memang digital-digital itu penting, tetapi yang lebih penting adalah swasembada bidang pertanian', maka disitulah penulis kemudian merasa ngilu.

Prabowo tidak hanya gagal dan kehilangan minat dengan potensi besar ekonomi dari e-sport dan ekonomi kreatif, dia juga tidak memiliki cara dalam mengarungi blue ocea industri yang mana e-sport berada di dalamnya. Bisa dikatakan, fokus pada Mobile Legends saja dari pertanyaan Jokowi di debat terakhir itu merupakan kesalahan fatal yang perlu diluruskan.

Seorang pemimpin besar seperti Jokowi telah melihat potensi itu. Untuk itu dia mempersiapkan dalam rencana kerjanya untuk menggarapnya, tentunya dimulai dengan membangun sumber daya manusianya setelah memulai dengan pembangunan infrastruktur yang pastinya mendukung pembangunan sumber daya itu sendiri dan pada ujungnya mendapatkan keuntungan ekonomi bagi bangsa dari sebuah aktivitas ekonomi bernama e-sport.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun