Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perangkap Piutang

15 Mei 2017   17:20 Diperbarui: 15 Mei 2017   17:25 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makna dari ucapan itu bisa diartikan bahwa ketika pinjamam kita kecil, maka bank akan dengan gampang menekan dengan segala instrumennya, jika kita mengalami masalah dengan pinjaman itu. Tetapi, ketika jumlah uang bank yang di pegang oleh debitur sangat besar, maka bank akan sangat hati-hati.

Jika sang debitur gagal, uang bank bisa hangus. Bisa jadi nilai aset debitur tidak cukup menutupi hutang. Maka, jika debitur mengalami masalah, bank akan membantu sekuat tenaga untuk memastikan debitur dapat berusaha kembali sehingga pinjamannya dapat dikembalikan. Kemungkinan, nasabah kecil lebih taat aturan, bisa jadi karena mereka adalah milik bank. Sementara debitur-debitur besar lebih leluasa mengatur bank.

Dalam konteks hutang dan piutang atau kreditor dan debitur di level negara sepertinya memiliki pola yang sama seperti diceritakan di atas.

Jepang, sebagai kreditur terbesar di Asia dan di Indonesia, dan bisa dianggap sebagai ‘penguasa’ Asian Development Bank, sangat hati-hati dengan Indonesia. Memberikan pinjaman dan memastikan pinjaman itu dikembalikan merupakan bagian dari tanggung-jawab Jepang juga.

Bisa dibayangkan jika Indonesia gagal dalam perekonomiannya dan ujungnya gagal membayar hutang-hutangnya, kerugian Jepang dengan investasinya di Indonesia bisa sangat besar. Perusahaan-perusahaan otomotif Jepang di Indonesia - Toyota, Yamaha, Honda, Mitsubishi - akan mengalami kerugian besar dan kehilangan pasar yang berujung pada berhentinya pemasukan dari industri otomotif Jepang di Indonesia.

Pinjaman Jepang yang dilakukan dengan sangat hati-hati tetap saja memiliki risiko gagal bayar jika Indonesia mengalami masalah. Untuk itulah, salah satu aspekprudent yang dilakukan Jepang dengan mensyarakatkan pekerja Jepang bagian dari pinjaman terutama untuk pinjaman proyek seperti Mass Rapid Transport (MRT) di Jakarta.

Serupa dengan Jepang, Cina juga mengalami hal yang sama dengan Amerika Serikat. Awalnya, Cina sangat bangga bahwa Cina sanggup membeli surat-surat berharga Amerika Serikat dalam jumlah banyak.

Tampaknya, Cina ingin unjuk kekuatan ketika negara bambu kuning itu berhasil memacu ekonominya dan melebihi Amerika Serikat. Kekayaan dan devisa juga meningkat yang bermuara pada tersedianya dana yang cukup besar untuk diinvestasikan. Dalam konteks persaingan, Cina pun membeli surat-surat berharga Amerika Serikat itu.

China sejak 2008 bahkan menjadi kreditor terbesar Amerika Serikat. Menurut data dari money.cnn.com, pada 2015 Cina memiliki piutang sebesar 1, 227 trilyun dolar ke Amerika Serikat. Pada bulan Maret 2015 sempat dikalahkan Jepang, dengan selisih yang cukup tipis. Piutang Cina sekitar 1,12 trilyun dan Jepang 1,13 trilyun dolar. Tetapi Cina mengambilnya kembali pada Desember 2016. Selama 6 tahun sejak 2008, Cina menjadi kreditor terbesar Amerika Serikat

Lalu, pada krisis kredit perumahan di Amerika Serikat pada 2008. Amerika Serikat mengalami kredit macet yang luar biasa akibat praktek curang pihak perbankan dan pihak fund management yang melahirkan banyak sekali derivative investasi yang ternyata uangnya itu-itu saja.

Uang dipinjamkan bank ke developer untuk membangun rumah. Rumah terbangun lalu perbankan memberikan kredit kepada nasabah, bahkan nasabah yang tidak mampu sekalipun. Uang masuk dipinjamkan kembali ke developer karena melihat ada permintaan perumahan yang tinggi. Permintaan tinggi ternyata dikreasi dengan cara kredit murah bahkan nasabah bisa mengkredit lebih dari satu rumah. Akibatnya, nasabah gagal bayar. Rumah sudah terbangun, kredit macet dan perbankan hampir bangkrut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun