Mohon tunggu...
Rini Theresia Mrb
Rini Theresia Mrb Mohon Tunggu... mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis

be your self

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Profesionalisme di Persimpangan: Etika atau Efisiensi?

20 Juli 2025   22:53 Diperbarui: 20 Juli 2025   22:53 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Yang cepat belum tentu benar. Tapi yang benar kadang terlalu lambat untuk dunia yang haus hasil.”

Di dunia kerja, kita sering dipaksa memilih. Di satu sisi, ada jalur cepat yang menjanjikan hasil instan lebih hemat waktu, lebih murah biaya, lebih disukai atasan. Tapi di sisi lain, ada jalur berliku: penuh prosedur, penuh pertimbangan moral, dan kadang terasa "menghambat." Itulah persimpangan yang dihadapi banyak profesional hari ini antara etika dan efisiensi.

Etika bukan sekadar teori yang diajarkan di bangku kuliah. Dalam praktik, etika bisa jadi batas tipis antara keputusan yang membanggakan atau memalukan seumur hidup. Profesional di berbagai bidang dokter, insinyur, akuntan, bahkan desainer semuanya pernah (atau akan) dihadapkan pada dilema: melakukan hal yang benar, atau melakukan hal yang cepat dan untung.

Pertanyaannya: masih adakah ruang untuk hati nurani dalam sistem yang menekan kita dengan deadline, target, dan efisiensi?

Salah satu contoh paling menginspirasi datang dari William LeMessurier, arsitek di balik gedung Citicorp Center di New York. Setelah pembangunan selesai, ia sadar bahwa struktur gedung bisa roboh jika terkena angin dari arah tertentu karena ada perubahan teknis kecil selama konstruksi. Ia punya dua pilihan: diam dan berharap tak terjadi bencana, atau bertindak dan memperbaiki meski mahal dan berisiko kariernya.

Ia memilih jujur. Hasilnya? Gedung diperkuat secara diam-diam, dan potensi bencana berhasil dihindari. Keputusan itu menjadikannya contoh langka: seorang profesional yang memilih etika di atas efisiensi, dan tetap dihormati sampai hari ini. (Sumber: The New Yorker, 1995)

Sayangnya, tidak semua kisah berakhir bahagia. Ingat kasus Enron? Perusahaan raksasa energi ini memilih jalan efisiensi memalsukan laporan keuangan demi menjaga harga saham tetap tinggi. Cepat, licin, menguntungkan... sampai akhirnya semuanya runtuh. Enron bangkrut, ribuan karyawan kehilangan pekerjaan, dan firma audit Arthur Andersen pun tenggelam. (Sumber: BBC, 2002)

Hal serupa terjadi pada Theranos, startup yang mengklaim bisa mendeteksi penyakit dari setetes darah. Demi mendapatkan investor dan popularitas, mereka mengabaikan validasi medis. Sekali lagi, jalur cepat dipilih. Hasilnya? Penipuan terbesar dalam sejarah teknologi kesehatan. (Sumber: Wall Street Journal, 2015)

Kenapa Etika Sering Ditinggalkan?

Jawabannya sederhana: karena hasil cepat lebih menggoda. Di banyak organisasi, yang dihargai adalah "berapa banyak yang bisa kamu capai" bukan "bagaimana kamu mencapainya." Padahal, tanpa nilai, profesi hanya jadi mesin produksi tanpa arah.

Tekanan dari atasan, budaya instan, dan kurangnya pemahaman tentang tanggung jawab sosial membuat banyak profesional lupa bahwa tindakan mereka berdampak pada banyak orangbukan hanya pada angka di layar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun