Setiap kali menyambangi mall atau pusat perbelanjaan, sering kali saya sempatkan waktu untuk masuk ke dalam toko buku Gramedia. Entah mengapa, ketika berada di sana, atmosfer positif dengan suasana yang tenang, nyaman, sejuk dan menyenangkan menyihir saya untuk berlama-lama di sana. Semerbak wangi buku baru pun mulai memenuhi hidung saya.
Terkadang ke Gramedia bukan hanya untuk membeli buku yang diincar saja, tetapi juga untuk sekedar melihat-lihat atau mengecek ketersediaan buku di rak best seller menjadi list wajib yang saya lakukan. Walaupun, saya bukan tipe pembaca yang FOMO atau mengikuti arus buku yang sedang hype dimasyarakat, setidaknya saya tahu trending topic kaum literasi atau pecinta buku.
Sebagai seorang yang hobi menulis, saya mencari dan membeli buku sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, buku itu juga relevan untuk dijadikan bahan referensi saya dalam hal menambah perspektif, eksplorasi ide dan memperkuat argumen karena tentu sumber aslinya telah melakukan observasi yang mendalam. Apalagi jika ditambah dengan tampilan cover buku dan judul yang ciamik, tanpa banyak alasan saya langsung masukan keranjang.
Beberapa orang membeli banyak buku dalam satu waktu hanya untuk koleksi pribadi atau FOMO. Tanpa sadar mereka membawa pulang tumpukan buku, tetapi setelahnya buku tersebut disimpan dalam rak/lemari tanpa pernah tahu tujuan untuk memanfaatkan buku tersebut.
Berikut beberapa alasan membeli buku menjadi konsumtif :
- Membeli buku berdasarkan emosional sesaat.
Tanpa perencanaan dan alokasi dana yang jelas kita bisa terjebak melakukan pembelanjaan impulsif. Apalagi ketika ada diskon atau event besar, banyak orang berbondong-bondong membeli berbagai buku, padahal belum tentu mereka membutuhkannya.
- Belanja buku buat pamer bukan karena kebutuhan.
Di dunia literasi, buku menjadi salah satu aset berharga yang perlu dimiliki. Buku juga menjadi barang kebanggaan yang dapat mewakili performa keilmuan dan akademik pemiliknya. Tetapi ketika peran buku tersebut salah fungsi menjadi sebuah ajang pamer, tentu saja pemiliknya hanya mendapatkan kerugian saja.
- Tidak memiliki jarak waktu yang bijak dalam berbelanja buku.
Hal ini menjadi salah satu yang menguatkan alasan seseorang konsumtif. Sama seperti belanja barang lainnya, ketika kita tidak merencanakan belanja dengan baik seringnya pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Jangan sampai belanja buku yang sebenarnya bisa kita kesampingkan untuk bulan depan, kita lahap sekaligus belanja besar dalam jangka waktu yang berdekatan.
Banyak orang merasa cukup untuk memiliki ilmu pengetahuan dengan mengikuti seminar, webinar atau bahkan dari pengalaman mereka sendiri. Hal itu dapat meningkatkan cara berpikir dan intuisi seseorang. Namun dengan memiliki sebuah buku, seseorang merasa memiliki privilege tersendiri karena ilmu yang dipelajari dapat dilakukan berulang-ulang, sehingga menjadi paham, daya nalar dan analisis juga semakin tajam.
Aktivitas belanja buku dapat menjadi produktif, ketika :
Â
- Buku tersebut diterapkan dalam kehidupan nyata.
Setiap selesai membaca satu buku, pernahkah kita aplikasikan ilmu yang tertuang di dalamnya dalam kehidupan nyata atau hanya lewat begitu saja? Ini berlaku untuk semua jenis buku. Ketika kita berhasil menerapkan ilmu atau informasi yang dijabarkan pada buku tersebut, berarti kita telah melakukan hal produktif. Bukan tidak mungkin soft skill kita semakin baik dan keterampilan lainnya semakin memadai.
- Membeli buku sesuai kebutuhan.
Membeli buku sesuai minat kita menjadi satu hal penting yang perlu didahulukan. Ketika kita berminat terhadap sesuatu, secara alami pikiran dan hati lebih mudah menerima dan memahami apa yang disampaikan penulisnya. Dengan begitu kebutuhan yang kita cari terpenuhi dengan efektif dan efisien.
- Dari buku menjadi ladang cuan.
Nah, kalau produktif yang ini semua orang mendambakannya. Banyak dari kita yang berani memulai sesuatu setelah membaca banyak buku berulang kali. Contohnya, para pedagang atau pebisnis, mereka harus terus update ilmu dan keterampilan guna menunjang usahanya. Profesi lain seperti penulis pun harus banyak tahu mengenai literasi agar semakin percaya diri, sehingga tulisannya disukai pembaca dan dapat menghasilkan uang.
Pada dasarnya, semua aktivitas memiliki sisi negatif dan positif termasuk belanja buku. Kembali lagi ke masing-masing individu itu sendiri, bagaimana kita bisa memanfaatkan setiap aktivitas yang kita lakukan menjadi bermanfaat dan lebih bermakna.
Â