Mohon tunggu...
Erda R Asyira
Erda R Asyira Mohon Tunggu... -

Peneliti Pariwisata, Pembangunan Masyarakat dan Perencanaan dan Penulis Novel "From Borneo to Hawaii" 

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menunggu Gebrakan Program Pariwisata

26 Desember 2014   10:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:26 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14195419191971970943

Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang melibatkan manusia terbanyak di dunia. Berdasarkan data dari UNWTO (United World Tourism Organization), total penerimaan dari kegiatan pariwisata adalah 1.075 milyar USD berasal dari 1.035 juta kedatangan wisatawan di tahun 2012 (UNWTO, 2013 1). Angka tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun.

Indonesia sebagai negeri dengan potensi pariwisata yang tinggi semestinya mampu meraup kesempatan dalam bidang pariwisata. Jumlah kunjungan wisatawan, lama tinggal dan uang yang dibelanjakan wisatawan ke Indonesia memang selalu menunjukkan peningkatan, kendati demikian, peningkatan prestasi pariwisata Indonesia tidaklah secermerlang negara tetangga Thailand, Malaysia dan Singapura. Indonesia memiliki garis pantai yang panjang, kaya akan budaya dimana hal tersebut merupakan modal utama pengembangan pariwisata. Sayangnya, pariwisata belum mampu membuat masyarakat merasakan manfaat nyata yaitu terentaskan dari kemiskinan. Bahkan di beberapa obyek wisata yang cukup terkenal justru merupakan kantong kantong kemiskinan. Tulisan ini bermaksud mengulas butir usulan untuk kementerian pariwisata yang baru dengan harapan pariwisata Indonesia memiliki nilai jual tinggi di mata dunia.

Pertama, perbaikan destinasi wisata. Pengelolaan destinasi wisata di Indonesia masih semrawut. Hal ini dapat dilihat dari; tidak adanya/tidak berfungsinya TIC (Tourist Information Center), fasilitas umum tidak sesuai standar, rendahnya jaminan keamanan wisatawan, dan lain sebagainya. Selain itu, keberadaan Destination Management Organization (DMO) belum menunjukkan prestasi yang diharapkan. Bahkan terkadang terjadi tumpang tindih wewenang dan program dengan destinasi yang dikelola masyarakat. Banyak destinasi wisata di Indonesia yang belum di tata, baik itu penataan ruang dan lingkungan (fisik), penataan fasilitas, maupun penataan kelembagaan.

Kedua adalah perbaikan aksesibilitas. Destinasi yang potensial banyak terdapat di luar Pulau Jawa,  namun sayangnya akses menuju ke sana sangatlah sulit, memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Meskipun tidaklah menjadi masalah bagi segment wisata minat khusus, namun hal ini menjadikan suatu kendala jika ingin segera membangkitkan ekonomi masyarakat lokal sekitar destinasi. Oleh karena itu, pariwisata harus mampu menggandeng kelautan, perhubungan dan transportasi, karena ketiga elemen ini sangatlah penting dan krusial untuk menyambungkan wisatawan ke destinasi wisata tujuan.

Ketiga, rendahnya akses masyarakat bekerja di sektor wisata. Dalam pariwisata masyarakat harus menjadi tuan rumah, bukan penonton. Pemerintah harus membuka seluas luasnya lahan, modal, dan kesempatan bagi masyarakat untuk tidak hanya bekerja di sektor pariwisata melainkan juga menjadi bos dalam sektor ini. Selama ini banyak kasus di berbagai destinasi, masyarakat hanya menonton turist yang lewat, lalu difoto dan turis berlalu.

Keempat, peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang pariwisata. SDM dalam hal ini bukan saja SDM teknis yang mengerjakan pekerjaan praktis di hotel, restauran, obyek wisata, bis, travel agen, melainkan juga SDM di pemerintahan. Saya mengamati banyak pegawai dinas pariwisata yang tidak memiliki latar belakang pendidikan pariwisata. Banyak diantara mereka yang menilai dinas pariwisata adalah dinas buangan, jurusan mutasi bagi pegawai yang kurang berprestasi. Selain itu, diperlukan perhatian khusus untuk riset di bidang pariwisata terutama dalam hal pendanaan.

Kelima, perbaikan image Indonesia di mata dunia. Image adalah bangunan utuh dari persepsi yang diperoleh dari organic image maupun induced image. Organic image adalah image yang telah ada di dalam benak setiap orang yang dihasilkan sejak lama sedangkan induced image adalah image baru hasil intervensi dari informasi baru. Indonesia banyak muncul di media international dalam topik teroris (Bali, 2005), tsunami (2004), gunung meletus, banjir Jakarta, dll. Meskipun merubah image tidaklah semudah memperbaiki destinasi ataupun mendidik para pekerja, namun pemerintah dan kita semua memiliki tugas untuk membuat image Indonesia di mata international lebih baik.

Keenam, perbaikan tingkat kepuasan wisatawan. Meskipun kepuasan bersifat subjektif, ia dapat diukur. Kepuasan wisatawan ditunjukkan dengan rekomendasi ke orang lain, perulangan kunjungan, perolehan nilai lebih berupa ilmu pengetahuan, kebijaksaanaan lokal, nilai dan norma masyarakat, pertemanan dan koneksi sosial. Kepuasan terwujud jika semua elemen dapat di penuhi, yaitu image yang baik, destinasi yang nyaman dan aman, fasilitas yang standar, cara pencapaian yang mudah dan cepat, dan terbukanya wawasan baru.

Ketujuh, jangan lupakan wisatawan domestik. Menurut Dahles (2002) meskipun pasar international tumbuh, namun pasar domestik masih mendominasi Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan pasar strategis dalam pariwisata. Mobilitas wisatawan antar pulau dalam jumlah besar dan terus menerus juga akan menghasilkan kegiatan ekonomi wisata yang besar.

Meskipun banyak permasalahan pariwisata, optimisme harus tetap dipertahankan. Kami menunggu dengan penuh harap gebrakan menteri pariwisata yang baru untuk bisa mengatasi permasalahan pariwisata. Sehingga mampu bergerak dinamis, memberikan manfaat  nyata bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui pariwisata.

(1) UNWTO. (2013). UNWTO tourism barometer. Retrieved at 13.08.2014 from http://dtxtq4w60xqpw.cloudfront.net/sites/all/files/pdf/unwto_barom13_05_oct_excerpt_0.pdf

(2) Dahles, H. (2002). The Politics of Tour Guiding: Image, Management in Indonesia. Annals of Tourism Research. Volume 29, Issue 3, July 2002 (783 - 800)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun