Beberapa elang yang dikirim ke PKEK mengalami luka tembakan, salah satunya dialami Gagah, seekor Elang Jawa yang sangat langka yang terpaksa hanya bisa berada di kandang pamer. Elang ini tidak pernah lagi bisa menikmati kehidupan di alam bebas, karena tak sanggup bertengger di pohon dengan baik. Kakinya luka terkena tembakan pemburu.
Perilaku tak normal lainnya dapat dilihat dari elang bernama Satah. Satah sangat trauma dengan kehadiran manusia. Saat ditangkap, sang pemburu mencabuti bulu-bulunya supaya Satah tak bisa terbang lagi. Di kandang display itu, Satah berada di pojok kandang yang sepi dan berusaha menjauh dari kehadiran pengunjung dan perawatnya. Mentalnya sebagai predator alami sudah terganggu dan saat ini yang bisa dilakukan petugas PKEK adalah memeriksa kesehatannya, sambil menunggu bulunya tumbuh kembali. Sebuah proses panjang dan penuh kesabaran untuk membuatnya kembali menjadi elang liar yang mampu terbang bebas di bawah birunya langit Indonesia.
Ironis, itulah kata yang tepat menggambarkan klaim kasih sayang sejumlah kelompok orang yang mengaku sebagai pecinta elang. Perlakuan mereka pada elang, yang katanya mereka cintai, nyata-nyata berujung pada nasib nahas predator ini. Inikah namanya cinta? Tak sadarkah bila ini lebih mirip pada upaya memuaskan ego Anda?
Terlalu mahal untuk mengorbankan satwa demi memuaskan ego sesaat. Membiarkan elang di alam, di habitatnya dan menjaga habitat elang agar tetap lestari inilah jalan terbaik menunjukkan rasa cinta kita. Sudahlah.. mencintai tak harus memiliki.