Mohon tunggu...
Rina Maruti
Rina Maruti Mohon Tunggu... PNS Guru dan Penulis Buku Best Seller Gramedia

Penulis buku non fiksi dan ratusan artikel tentang dunia wanita, pendidikan, lifestyle, keluarga, bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sudahkah Kita Bersyukur?

8 September 2025   07:00 Diperbarui: 8 September 2025   07:36 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dibantu desainnya oleh AI

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali lupa bahwa setiap hembusan napas, kesehatan, akal, serta kesenangan yang kita terima merupakan rezeki yang diberi langsung dari Allah SWT. Bahkan hal yang tampak sederhana seperti bisa melihat, mendengar, berjalan, hingga merasakan nikmat makanan adalah karunia besar dari Allah.

Allah adalah Zat yang senantiasa memberikan nikmat, rezeki, kehidupan, dan berbagai karunia tanpa henti kepada seluruh makhluk-Nya. Pemberian Allah tidak pernah terbatas pada hamba yang taat saja, tetapi juga meliputi seluruh ciptaan, baik yang beriman maupun yang ingkar. Bukan hanya manusia, hewan, tumbuhan adalah mahluk hidup yang sudah Allah jamin rezekinya selama hidup di dunia ini. Itulah bukti kasih sayang Allah yang begitu luas dan tak terhingga, sesuai dengan nama indahnya yaitu Al-Wahhaab.

Tidak ada satu makhluk pun di muka bumi ini yang luput dari jaminan rezeki Allah. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6). Rezeki itu datang dalam berbagai bentuk, tidak selalu berupa harta. Kesehatan, ilmu, keluarga yang baik, bahkan kesempatan untuk berbuat amal saleh adalah bagian dari rezeki tak ternilai yang diberikan Allah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18).

Ayat ini menegaskan bahwa pemberian Allah begitu banyak hingga manusia tidak sanggup menghitungnya satu per satu. Dari sejak lahir hingga ajal menjemput, manusia tidak pernah terlepas dari nikmat dan pemberian Allah.

Berbeda dengan manusia yang sering memberi dengan harapan balasan atau ucapan terima kasih, pemberian Allah bersifat murni dan ikhlas. Allah tidak membutuhkan apa pun dari hamba-Nya. Bahkan, jika seluruh makhluk beribadah kepada-Nya dengan sebaik-baiknya, itu tidak menambah sedikit pun kemuliaan-Nya. Sebaliknya, jika seluruh makhluk durhaka, itu tidak mengurangi keagungan-Nya. Allah tidak butuh balasan dari hamba-Nya, Allah juga tidak butuh ibadah kita, tetapi kita lah yang sangat butuh beribadah pada-Nya.

Firman Allah sangat jelas dalam Al-Qur’an:

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya).” (QS. An-Nahl: 53).

Rezeki adalah salah satu bentuk pemberian Allah yang paling nyata dalam kehidupan manusia. Banyak orang bekerja keras, tetapi hasil akhirnya tetap bergantung pada izin Allah. Rezeki bisa datang dari arah yang tidak disangka-sangka, karena Allah-lah yang mengatur segalanya. Sebagaimana firman-Nya: “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2–3).

Dalam perjalanan hidup, terkadang Allah melapangkan rezeki, terkadang pula Dia menyempitkannya. Namun semua itu adalah bentuk kasih sayang-Nya. Allah ingin menguji hamba-Nya, apakah ia bersyukur ketika diberi nikmat dan bersabar ketika diuji dengan kesulitan. Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya adalah kebaikan baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.” (HR. Muslim). Hadis ini mengajarkan bahwa pemberian Allah selalu mengandung hikmah, baik dalam bentuk kelapangan maupun kesempitan. Kita dituntut untuk berusaha sekuat tenaga, namun hasil akhirnya tetaplah pemberian Allah. Oleh karena itu, seorang mukmin tidak boleh sombong dengan harta atau kedudukan yang ia miliki, karena semuanya hanyalah titipan dari Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun