* Di Bali Selatan, Pagerwesi lebih sederhana. Orang-orang berfokus pada persembahyangan di rumah dan di pura keluarga.
* Di Bali Timur dan Barat, terdapat tradisi unik yang melibatkan upacara tambahan yang menekankan penyucian diri, seperti melukat (penyucian) di mata air suci.
Hari Raya Pagerwesi bukan sekadar ritual; ia juga mengandung nilai-nilai universal yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Pengendalian diri: Mengingatkan agar tidak terjerumus dalam hawa nafsu.
2. Kekuatan iman: Menjadi benteng dalam menghadapi kesulitan.
3. Keharmonisan sosial: Mengajarkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama.
4. Kesadaran spiritual: Menumbuhkan rasa syukur dan kedekatan dengan Tuhan.
5. Kebijaksanaan dalam pengetahuan: Bahwa pengetahuan hendaknya digunakan untuk kebaikan.
Di tengah derasnya arus globalisasi, nilai-nilai spiritual Hari Raya Pagerwesi menjadi semakin relevan. Tantangan modern seperti gaya hidup konsumerisme, media sosial, dan tekanan ekonomi dapat melemahkan iman dan moral. Oleh karena itu, pesan Pagerwesi tentang penguatan kekuatan batin menjadi pengingat penting bagi generasi muda.
Umat Hindu Bali, khususnya generasi milenial, dapat memaknai Pagerwesi sebagai waktu untuk introspeksi: apakah mereka cukup kuat menghadapi godaan modern, apakah mereka telah menggunakan pengetahuan dengan bijaksana, dan apakah mereka telah menjaga keharmonisan dengan sesama dan alam.
Hari Raya Pagerwesi di Bali adalah hari raya suci dengan banyak makna, meskipun tidak selalu dikenal luas oleh wisatawan. Hari raya ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah pelajaran hidup: manusia harus memiliki "pagar besi" dalam diri untuk melawan kejahatan, memperkuat iman, dan mengarahkan hidup mereka menuju kebajikan.