Mohon tunggu...
Rina Darma
Rina Darma Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengenal Flora Gunung Gede Melalui Novel "Sarongge"

3 Desember 2021   06:23 Diperbarui: 3 Desember 2021   06:45 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Sarongge (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Flora lereng Gunung Gede yang disebut dalam buku ini, yaitu teter, puspa, rasamala, ki hujan, konyal, cecenut, jamuju, edelweiss, dan bubukuan. Teter merupakan tanaman pengusir hama secara alami. Puspa (Schima wallichii) bisa tahan hidup ratusan tahun. Rasamala (Altingia Exelsa)disebut rajanya pohon hutan. Ki hujan (Engelhardia spicata Lech) endemik asli hutan Indonesia. Konyal sangat cocok untuk penghilang haus dalam perjalanan di hutan. Cecenet atau ceplukan (Physalis angulata) mengandung zat antioksidan sangat tinggi. Jamuju (Dacrycarpus imbricatus Blume) sering juga disebut pohon ratu atau ki puteri. Edelweiss (Anaphalis javanica) sang bunga abadi. Bubukuan (Strobilanthes cernua Blume) sepanjang hidupnya hanya berbunga sekali lalu mati.

Selain itu, disebut juga flora dimana Karen singgah saat melakukan misi pelayaran bersama Kesatria Pelangi, organisasi yang diikutinya. Ada rumput laut (Euchema cottini) sumber pendapatan nelayan Pulau Rote. Cendana (Santalum album), flora endemic Sumba,  sebuah kayu yang saking istimewanya bukan dijual dalam bentuk balok maupun gelondongan tapi per kilogram. Anggrek Larat yang mulanya ditemukan di gugus Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara. Anggrek yang mengilhami orang untuk membuat persilangannya karena kecantikan warna ungunya yang mencolok dan bunganya tahan lama. Ada pula Sagu dan Hipere, tanaman pangan khas Papua asli Indonesia.

Dalam novel ini, pembaca juga diajak menyelami tokoh Karen, seorang aktivis lingkungan sejati. Lewat tokoh utama perempuan tersebut, pembaca dibuat mengerti begitulah kehidupan seorang aktivis. Ia rela meninggalkan kehidupan pribadi demi kepentingan manusia yang umumnya bergantung terhadap alam. "Perhatiannya tersita oleh hutan-hutan yang menyeretnya ke dunia antah berantah." (halaman 6).

Lewat tokoh utama laki-laki, pembaca belajar mengenai sosok yang setia, tanggung jawab, idealis, dan tidak mengikuti tren. "Berbeda dengan kebanyakan alumni universitasnya yang antri cari lowongan kerja ke kota, Husin memilih bertani." (halaman 8).

Sebuah ironi mengenai kesamaan minat memperjuangkan masyarakat terpinggirkan dengan alam yang mendekatkan sekaligus menjauhkan kedua tokoh ini. Meski bertema besar lingkungan bukan berarti novel ini kehilangan romansanya. Lewat tokoh Husin dan Karen, pembaca diajak belajar bagaimana keseharian pasangan aktivis lingkungan ini. Namun pada akhirnya, dalam novel ini seakan tersirat bahwa cinta adalah segalanya tapi bukan segala-segalanya, ada kepentingan yang harus diperjuangkan lebih besar.

Kelemahan Sekaligus Keunggulan

Sebagai lulusan kehutanan, ruang khusus untuk deskripsi flora sangat menarik karena menambah wawasan. Namun, sebagai pembaca biasa justru ini bisa sangat membosankan karena terlalu akademik. Mungkin akan lebih baik jika disisipkan dalam cerita mengingat ini adalah karya fiksi berupa novel. 

Seperti kesan Malika Amanda sebagai pembaca, "Awalnya agak bingung: ini novel kok banyak banget nama latin tumbuhan ya. Tapi makin lama makin merasa novel ini spesial...".

Begitu juga dengan beberapa aktivitas Karen yang disampaikan lewat surat untuk menginformasikan kegiatannya kepada Husin seperti pembaca sedang membaca berita atau materi kuliah. Namun, kembali lagi sebagai pribadi aku suka karena sangat menambah wawasan.

Buku yang diterbitkan Dian Rakyat ini termasuk berat bagi yang tidak memiliki dasar kecintaan terhadap lingkungan tapi sebaliknya menjadi buku berbobot yang ingin dibaca berulang kali bagi pecinta alam.

Aku merekomendasikan novel ini buat Kalian yang tertarik dan mengikuti isu lingkungan. Buku ini kaya riset yang akan memperkaya dan memperdalam akar konflik masyarakat adat, pemerintah, perusahaan perkebunan, pertambangan, terhadap alam melalui sudut pandang penulis.

Terakhir aku searching, buku karya jurnalis yang memimpin KBR68H, TempoTV, dan Green Radio ini dicetak ulang dalam edisi Bahasa Inggris. Wow... ini membuktikan buku ini memang layak dibaca ya. Semoga bermanfaat^^

Kalian tertarik membaca novel ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun