Mohon tunggu...
Rimayanti Z
Rimayanti Z Mohon Tunggu... widyaiswara - Praktisi Pendidikan

Pengajar walau bukan guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Seribu Parkir

27 Juli 2020   12:32 Diperbarui: 27 Juli 2020   12:26 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama datang ke kota ini karena ikut Pak Suami setahun lalu kesan saya biasa saja. Tidak banyak berbeda dengan kota-kota lain yang yang pernah saya kunjungi di Indonesia. Kalau  mau jujur kota ini sedikit menyenangkan untuk saya. Minimal dari sisi kemacetan. Bayangkan, saya bisa berangkat dari rumah menuju kantor dalam waktu lebih kurang 15 menit.

 Itu jaraknya hampir 11 KM. Hal yang sangat "mahal" di kota saya sebelumnya. Mengingat sebelumnya saya harus berangkat dari rumah kurang dari pukul enam pagi untuk bisa mengejar kereta. Kemudian baru sampai di teras rumah kembali habis magrib. Sementara disini saya bisa pulang waktu istirahat siang. Makan siang dirumah. Kurang nyaman apa lagi.

Permasalahan mulai terjadi pada hari ke-lima saya berada disini. Waktu itu kami berjalan-jalan sore hari. Maksud hati ingin mengenal kota ini lebih jauh. Maka dengan diantar suami kami berkeliling seputar kota. 

Pulangnya mampir di angkringan gorengan. Setelah menenteng kantong kresek berisi gorengan dan masuk kembali ke dalam mobil, suami saya meminta sejumlah uang receh.

"kamu punya dua ribuan?", tanya suami.

"Untuk apa?", saya bertanya dengan kening berkerut.

"Bayar parkiran," suami mengambil selembar uang kertas dua ribuan di tangan saya dan menyerahkan ke abang-abang yang mengaku tukang parkir disampingnya. 

Saya diam saja. Walau dalam hati bertanya. Kok bisa ya ditagih uang parkir. Sementara kami tidak parkir. Disana juga tidak ada lahan parkir. Kondisi mesin mobil juga masih nyala. Suami saya masih berada di belakang setir mobil. Tapi ya sudahlah. 

Mungkin memang tadinya tempat berdirinya gerobak gorengan itu adalah lahan parkir. Lagi pula uang yang dibayarkan tidak terlalu mahal. Cukup dua ribu rupiah saja. Jauh di bawah biaya parkir resmi.

Kejadian ke-dua terjadi pada saat saya berhenti mengambil uang di ATM. Kali ini saya membawa mobil sendiri. Saya sempat beradu mulut cukup lama dengan petugas parkir. 

Saya memberhentikan mobil saya persis di depan ATM. Tadinya tidak ada seorangpun yang saya lihat disana. Tiba-tiba pada saat saya mau berangkat ada yang menagih uang parkir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun