Dari tahun 2020 hingga 2022, Indonesia terkena virus corona (Covid-19), khususnya masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang terjangkit virus corona, dan UKM mengalami penurunan yang signifikan, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah kasus. Penyebaran Corona (Covid-19) di Indonesia berdampak negatif terutama bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia.
Covid-19 menjadi faktor nomor satu ambruknya ekonomi global, termasuk Indonesia. Covid-19 telah membawa beberapa resesi ke sektor bisnis, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pemberitahuan ini terkait penurunan pendapatan UMKM akibat pandemi Covid-19. Referensi ini berasal dari artikel, jurnal, buku, dan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil survei menunjukkan bahwa berbagai UMKM di Indonesia telah mengurangi atau menghentikan kegiatannya. Hal itu terjadi dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial bersekala besar (PSBB).Â
Dengan penerapan PSBB, konsumen di masyarakat tidak lagi diperbolehkan untuk membeli atau menjual di luar rumah, berjualan di jalan, dll. Menurunnya pendapatan usaha kecil dan menengah (UMKM) berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Perekonomian terutama ditopang oleh UMKM. Jumlah UMKM pada tahun 2019 sekitar 99% dan kontribusinya terhadap PDB negara sebesar 60%. UMKM penting bagi perekonomian Indonesia. Karena tercerai berainya banyak UMKM akan menyebabkan tingkat pengangguran yang lebih tinggi, pendapatan per kapita yang lebih rendah, dan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi, sehingga pemulihan ekonomi menjadi lebih sulit di masa pandemi Covid-19.
Sejak merebaknya virus corona atau biasa disebut pandemi Covid-19, omzet pelaku UMKM turun sangat tajam, dengan beberapa sektor usaha UMKM seperti akomodasi, pariwisata, penyedia catering dan minuman, grosir dan eceran Yang paling terpukul adalah bengkel sepeda motor, transportasi dan berdagang juga. Berdasarkan data yang diolah P2E LIPI, dampak penurunan pariwisata terhadap UMKM yang bergerak di bidang usaha makanan dan minuman mikro mencapai 27%. Di sisi lain, dampak bagi perusahaan kecil makanan dan minuman sebesar 1,77% dan 0,07% untuk perusahaan menengah.Â
Dampak virus COVID-19 terhadap unit kerajinan kayu dan rotan serta usaha kecil sebesar 17,03%. 1,77% untuk UKM perdagangan kayu dan rotan dan 0,01% untuk usaha menengah. Konsumsi rumah tangga juga direvisi dari 0,5% menjadi 0,8%. Kemajuan digitalisasi dalam globalisasi berdampak besar pada roda perekonomian, termasuk pasar retail. Hasil survei menunjukkan, UMKM termasuk jenis usaha yang paling terdampak pandemi Covid-19, antara lain industri otomotif, industri baja, produk elektrik, tekstil, kerajinan dan alat berat, serta pariwisata.Â
Industri ini bisa bertahan di masa pandemi Covid-19, yaitu UMKM dapat menyesuaikan bisnis mereka dengan produk inovatif dan memanfaatkan penjualan pemasaran digital untuk membantu distributor bertahan. Industri lain yang berhasil bertahan di masa pandemi Covid-19 adalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti listrik, air bersih, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, otomotif, dan perbankan. Industri yang berkembang pesat di masa pandemi Covid-19 adalah industri pangan, farmasi, dan teknologi informasi dan komunikasi.Â
Penulis:
RICO
Prodi Manajemen S1, Universitas Pamulang