Keuangan berkelanjutan bukan sekadar tren dalam dunia keuangan, tetapi telah menjadi faktor kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil dan inklusif. Dalam beberapa dekade terakhir, ekonomi global mengalami berbagai tantangan, mulai dari krisis keuangan hingga dampak perubahan iklim yang semakin nyata. Keuangan berkelanjutan hadir sebagai solusi untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan kesejahteraan sosial dan keberlanjutan lingkungan.
Secara fundamental, keuangan berkelanjutan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan ekosistem keuangan yang lebih stabil dan tangguh. Ketika investasi dialokasikan ke sektor-sektor yang memperhitungkan faktor keberlanjutan, seperti energi terbarukan, infrastruktur hijau, dan teknologi ramah lingkungan dampaknya tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru. Ekonomi yang berbasis pada keberlanjutan memiliki daya tahan lebih kuat terhadap gejolak pasar karena tidak bergantung pada eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan atau praktik bisnis yang tidak etis.
Menurut laporan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), investasi dalam energi terbarukan telah meningkat secara signifikan dalam satu dekade terakhir. Misalnya, Indonesia menargetkan investasi sebesar USD 72 miliar untuk mencapai kapasitas 45 GW energi terbarukan dari total 135 GW kapasitas energi yang direncanakan pada tahun 2025. Investasi ini diproyeksikan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan rentang 4,8% hingga 8,0%. Negara-negara OECD lainnya juga menunjukkan komitmen kuat terhadap transisi energi bersih dan keberlanjutan lingkungan dengan meningkatkan alokasi modal ke proyek energi hijau. Dengan demikian, investasi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil tetapi juga menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Selain itu, keuangan berkelanjutan juga memainkan peran penting dalam mendukung inklusi keuangan, yang menjadi faktor utama dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dengan meningkatnya akses pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah (UKM), komunitas lokal dapat berkembang lebih cepat, menciptakan peluang ekonomi yang lebih luas bagi berbagai lapisan masyarakat. Dalam skala makro, negara-negara yang menerapkan prinsip keuangan berkelanjutan cenderung memiliki struktur ekonomi yang lebih adaptif terhadap perubahan global, baik dalam menghadapi krisis keuangan maupun tantangan lingkungan seperti perubahan iklim dan degradasi sumber daya alam.
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tidak hanya bergantung pada investasi dalam sektor hijau, tetapi juga pada kebijakan keuangan yang mendukung transparansi dan tata kelola yang baik. Dengan adanya regulasi yang ketat terhadap praktik investasi yang tidak bertanggung jawab, pasar keuangan menjadi lebih sehat dan bebas dari risiko seperti spekulasi berlebihan (klaim keberlanjutan yang menyesatkan). Hal ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan investor, tetapi juga menciptakan lingkungan bisnis yang lebih stabil dan kondusif untuk inovasi serta pertumbuhan jangka panjang.
Dampak Keuangan Berkelanjutan terhadap Stabilitas Finansial
Keuangan berkelanjutan berperan penting dalam menciptakan stabilitas finansial, baik di tingkat perusahaan, pasar keuangan, maupun ekonomi global. Dengan mengintegrasikan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social, and Governance - ESG) dalam strategi keuangan, risiko sistemik dapat dikurangi, volatilitas pasar dapat ditekan, dan daya tahan ekonomi terhadap krisis dapat ditingkatkan.
1) Penguatan Stabilitas Sistem Keuangan
Keuangan berkelanjutan membantu menciptakan sistem keuangan yang lebih stabil dengan beberapa cara:
- Mengurangi Risiko Aset Terpapar Perubahan Iklim -- Investasi yang berorientasi pada energi terbarukan dan ekonomi hijau menghindarkan sektor keuangan dari paparan aset yang berisiko tinggi akibat perubahan kebijakan lingkungan atau penurunan permintaan bahan bakar fosil.
- Menekan Volatilitas Pasar -- Perusahaan yang menerapkan prinsip ESG cenderung memiliki manajemen risiko yang lebih baik, mengurangi potensi fluktuasi nilai saham dan obligasi mereka di pasar.
- Meminimalisir Risiko Sistemik -- Keuangan berkelanjutan mengurangi dampak dari krisis ekonomi dengan mendorong investasi dalam sektor-sektor yang lebih tahan terhadap goncangan ekonomi, seperti energi terbarukan dan infrastruktur hijau.
Menghindari Risiko Greenwashing dan Kepercayaan Investor
Stabilitas finansial juga dipengaruhi oleh kepercayaan investor terhadap pasar modal dan institusi keuangan. Greenwashing, yaitu praktik perusahaan yang secara tidak jujur mengklaim keberlanjutan tanpa implementasi nyata, dapat merusak kepercayaan investor dan menciptakan ketidakstabilan di pasar. Oleh karena itu, regulasi ketat dan transparansi dalam pelaporan ESG sangat diperlukan untuk memastikan bahwa investasi benar-benar memberikan dampak positif.