Mohon tunggu...
Riko
Riko Mohon Tunggu... Dosen - A musician who is also love teaching philosophy

Lektor Ilmu Filsafat, Prodi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Materi Pelatihan Bela Negara

16 Oktober 2015   10:09 Diperbarui: 16 Oktober 2015   10:15 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut Harian Kompas (16/10/2015), peserta bela negara dibagi menjadi dua kategori, kader pelatih inti dan kader nonpelatih inti. Untuk kader pelatih inti, pelatihan diberikan selama sebulan. Sementara itu, kader nonpelatih inti diberikan pelatihan selama lima hari. Untuk 2015, anggaran yang digelontorkan untuk program ini sebesar Rp 45 miliar. Pada 2016, anggaran akan ditambah 18 miliar lagi.

Jimly Asshidiqie mengatankan bahwa materi bela negara  juga bisa dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan. Dananya diambil dari anggaran pendidikan yang jumlahnya 20 persen dari APBN. Dia juga menambahkan agar program bela negara tidak dijalankan seperti wajib militer karena tidak sesuai dengan kondisi Indonesia.

Pertanyaan penting untuk program bela negara adalah, jika ingin dilaksanakan, apa materi pelatihan apa yang cocok untuk Indonesia?

Senjata Api vs Senjata Pikir

Jika melihat kondisi dunia hari ini, tantangan paling terbesar dari kehidupan bernegara adalah bukan senjata api, melainkan senjata pikir. Bagi saya, senjata api hanya turunan dari proses berpikir. Maksudnya, jika ada masalah, pikiran kita akan memproses luaran yang paling cocok untuk penyelesaiannya. Masalahnya adalah kita cenderung menunggu ada kejadian, baru bertindak. Untuk itu, senjata api terkadang menjadi pilihan yang paling rasional. Contohnya adalah penanganan tindakan terorisme yang terpaksa harus menggunakan senjata api.

Padahal, sebelum terjadi peristiwa, selalu ada pergulatan di pikiran tiap pelaku. Para pelaku pun sebelum bertindak akan bertolak dari suatu masalah yang menurutnya harus diselesaikan. Baik masalah itu dibuat-buat (pseudo-problem) atau memang masalah yang sungguh-sunggh faktual. Hasil pergulatan pikiran itulah yang akan menentukan apakah solusi yang dipilih akan memenangkan semua pihak atau merugikan pihak lain sebanyak mungkin. Di sini, kelihaian bernalar dan beretika menjadi pertaruhan. Kehadiran nalar dan etika itu yang saya maksud dengan senjata pikir.

Memahami Bela Negara 

Untuk memahami konsep Bela Negara, saya merasa perlu untuk mengupas kata "bela" dari frase "bela negara". Ada beberapa makna yang berdekatan dengan kata "bela", yakni merawat, memelihara, menjaga, dan melepaskan dari bahaya. Inti dari beberapa makna kata itu adalah memelihara dengan cara merawat dan menjaga agar terlepas dari bahaya. Bela negara dengan demikian dapat dimaknai sebagai upaya untuk memelihara negara dengan cara merawat dan menjaga agar terlepas dari bahaya.

Lalu, siapa kah yang sedang menghadapi bahaya? Saya putuskan, manusia dan alam di negara Indonesia. Untuk itu, harus ada yang membela. Pembelanya adalah manusia Indonesia itu sendiri. Tidak ada yang lain!

Apakah bahaya yang paling ditakuti orang Indonesia? Barangkali jawabannya jangan-jangan justru sederhana, yakni apakah hari ini kita masih bisa makan dan tinggal dengan layak. Tidak cukup hanya itu. Kita barangkali juga takut tidak bisa sekolah tinggi dan kesulitan memulai usaha. Terlebih tersiar kabar pekerja asing untuk tingkat buruh pun harus dipasok dari luar negeri. Tahun depan, MEA segera menghampiri. Bukan kah ketakutan-ketakutan macam ini yang kerap dipelintir oleh provokator terorisme dalam merekrut eksekutor tindakan teror?

Usulan Materi Bela Negara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun