Mohon tunggu...
Rikaa Wulandari
Rikaa Wulandari Mohon Tunggu... -

jangan berani bermimpi hanya dalam fatamorgana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Unik di Jombang

23 Februari 2022   22:24 Diperbarui: 24 Februari 2022   04:27 4107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kota Jombang yang biasa dijuluki sebagai kota santri, selain itu di Jombang juga memiliki beberapa tradisi untuk menyambut hari-hari tertentu yang tidak ada dikota-kota lainnya.

Grebek Apem

Tradisi ini biasa dilakukan ketika menyambut bulan Ramadhan sebagai ungkapan rasa syukur umat islam karena masih diberi kesempatan untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Tradisi ini dilakukan pertahun,pada tahun 2019 ada 3 gunungan apem pertama berukuran 3 meter, gunungan kedua berukuran 2 meter, dan gunungan terakhir setinggi 1 meter. Total kue Apem yang disusun menjadi 3 gunungan itu sebanyak 19 ribu buah. 

Ke tiga buah gunungan tumpeng besar yang berisi ribuan kue apem  diarak dari bundaran Ringin contong menuju Alun-Alun Jombang,dan masyarakat kota santri itu beramai ramai mengarak gunungan kue apem dengan berjalan kaki sejauh 3 kilometer, setelah diarak kue apem biasanya diperebutkan oleh masyarakat. 

Kupatan

Tradisi ini dilakukan seminggu setelah Idul Fitri.Biasanya masyarakat desa berkumpul dimasjid atau mushola terdekat untuk melakukan selametan dengan membawa hidangan yang di dominasi ketupat dan dimakan bersama-sama setelah melakukan selametan.

Kupat merupakan makanan yang terbuat dari beras kemudian dibungkus dengan anyaman dari janur, selanjutnya beras tersebut direbus berjam-jam hingga matang. Makanan ini biasanya disajikan bersama sayur pelengkap seperti opor ayam, tewel, Lodeh dan lainnya.

Suroan

Satu sura bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriyah atau tahun baru islam.Masyarakat Jombang memperingati bulan sura dengan menghadirkan bubur suro pada malam menjelang datangnya bulan sura tanggal 9 dan 10 Muharram.

Bubur suro memiliki beberapa filosofis yang diyakini antara lain :

  • Wujud rasa sykur kepada Allah SWT, atas keberkahan rizki yang diperoleh.
  • Tabarukan ( menghadap keberkahan ) pada peristiwa selamatnya nabi nuh mengarungi banjir dunia selama 40 hari.
  • Biji kacang-kacangan merupakan bahan makanan yang tersisa setelah nabi nuh dan pengikutnya selamat dari banjir bandang. Biji-bijian tersebut dibuat bubur untuk makan bersama.

 Terbangkan balon udara

Tradisi ini sudah ada sejak dahulu biasanya dilakukan saat perayaan lebaran ketupan, akan tetapi beberapa tahun lalu tradisi ini sempat diberhentikan karena telah menganggu penerbangan pesawat. Meski sudah dilarang warga tetap menjalankan tradisi ini.

Setiap musholla menerbangkan beberapa balon udara yang dibuat sendiri dengan menggunakan kertas layangan. Tradisi ini mengundang banyak warga yang antusias untuk melihat penerbangan balon tersebut. 

Untuk pembuatannya mulai 1 minggu sebelum hari raya, biasanya para pemuda musholla membuat bersama setelah sholat tarawih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun