Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Filosofi dari Sebuah Kulkas

4 Maret 2023   23:04 Diperbarui: 5 April 2023   23:53 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kulkas|Freepik/Rawpixel.com via Kompas.com

Akhirnya pilihan mereka jatuh kepada merk Electrolux karena waktu itu mereka masih berkiblat kepada pemahaman bahwa merk dari Eropa Barat masih lebih bagus daripada merk dari sesama negara Asia (mobil pertama keluarga kami bermerk Fiat, dan motor pertama keluarga kami bermerk Vespa).

Saya masih ingat benar hari ketika kami membongkar isi kulkas lama dan hendak memindahkannya ke dalam kulkas yang baru datang.

ADA BEGITU BANYAK SAMPAH.

Sepertinya hanya satu kalimat itu yang bercokol di dalam kepala lima orang manusia yang membersihkan kulkas yang sebenarnya hanya berukuran seiprit.

Pertama-tama, kami mengeluarkan seluruh isi kulkas lama dan menaruhnya di atas meja makan. Lalu kami mengeluarkan semua rak dan mencucinya. Terakhir, kami menata ulang semua barang dari kulkas lama di kulkas baru.

Kami terus terkejut-kejut karena ternyata kami menyimpan barang-barang seperti ini:

1. Bahan makanan mentah yang tidak berada di dalam kotak plastik (meskipun kala itu tupperware belum menjadi populis), tapi masih di dalam kantong plastik dari pasar atau di dalam panci.
2. Sisa-sisa snack, seperti biskuit yang baru dibuka setengahnya, kacang kulit yang baru dibuka setengahnya, permen-permen.
3. Obat-obatan, yang ternyata tidak terpusat di kotak P3K yang ada di rumah.
4. Dan sebagainya (terlalu horor untuk saya tulis di sini).

Sambil membereskan kulkas saya terus menerus mendengar orangtua saya bergumam:

Mengapa kita repot-repot menyimpan kalau toh akan membuang barang-barang itu?

Benar sekali. Sering kali kami memperlakukan kulkas seperti tempat penyimpanan sementara DAN tempat pembuangan akhir dari barang-barang yang kemungkinan besar tidak akan kami pakai lagi.

Obat turun panas tinggal sisa sedikit nih --> simpan di kulkas, mungkin nanti masih perlu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun