Mohon tunggu...
Rihad Wiranto
Rihad Wiranto Mohon Tunggu... Penulis - Saya penulis buku dan penulis konten media online dan cetak, youtuber, dan bisnis online.

Saat ini menjadi penulis buku dan konten media baik online maupun cetak. Berpengalaman sebagai wartawan di beberapa media seperti Warta Ekonomi, Tempo, Gatra, Jurnal Nasional, dan Cek and Ricek.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menengok Wisata Mataram Pasca Gempa

30 Oktober 2019   06:59 Diperbarui: 30 Oktober 2019   07:46 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati suasana Pantai Mataram | dokpri

Ketika saya terbang ke Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat untuk sebuah liputan, saya mendapati beberapa turis asing di pesawat. Waktu itu, Minggu 26 Oktober 2019, pesawat berangkat dari Soekarno Hatta Jakarta jam 08.00 WIB, kursi terisi penuh. Sewaktu saya datang ke Mataram pasca gempa sekitar November 2018, beberapa bulan setelah gempa yang cukup besar, tempat wisata  di sana sepi pengunjung. 

Kali ini saya menemukan gairah berwisata. Saya bertanya kepada supir online tentang suasana di Lombok. Katanya tempat wisata   mulai ramai. Kebetulan selama perjalanan saya tidak sengaja  melihat turis asing naik angkutan umum. 

Ketika saya melewati jalanan dari bandara, aspal lumayan rata. Saya tak sempat keliling Mataram, hanya sekilas mampir di Pantai Ampenan. Maklum, saya ke sana memang bukan liputan wisata. Saya sedang melakukan liputan untuk menulis buku tentang pendidikan sekolah dasar. 

Saya datang menjelang sore di pantai Ampenan. Pedagang sedang menggelar karpet di sepanjang tanggul pantai yang sebenarnya menjadi anjungan turis. Makin mendekati maghrib, parkiran makin penuh dengan motor dan mobil. Sepanjang pantai warung makan berjejer dengan aneka makanan lokal. Mayoritas di sana memang turis lokal. Anda bisa makan sate sapi, kerang putih laut, ikan bakar dan sebagainya. Aneka minuman, teh, kopi, es kelapa, ada semuanya. Harganya tidak lebih mahal dibandingkan harga makanan di Jakarta.

Di Ampenan yang saat itu panas, saya melihat ada turis bule memotret sana-sini.  Wisatawan, umumnya lokal, mukai bercengkrama di tepi pantai menunggu matahari terbenam. Teriakan anak-anak bermain di pantai menambah keramaian. 

Memang perlu penataan lebih baik lagi di Pantai Ampenan, meski secara umum lumayan oke. Mungkin perlu penataan bangunan, fasilitas, dan lain-lain. Saat itu, pertanda huruf Ampenan berwarna merah di tepi pantai sudah mulai pudar. Saya yakin kawasan ini bisa disulap dengan lebih rapi lagi.

Kabarnya pantai Senggigi yang menjadi favorit turis asing juga sudah ramai. Tapi saya tidak sempat ke sana. Saya hanya diberi informasi oleh warga setempat. Katanya wisatawan datang ke sana langsung dari Bali. September lalu di sana baru saja dilaksanakan coffee and art. 

Enaknya wisata di Lombok, jalanan masih sepi. Idak macet. Saya pernah berkeliling pantai di Lombok seharian beberapa  bulan lalu. Jalan lancar. Orang di sana juga ramah. Kesadaran bahwa Lombok sebagai tujuan wisata sudah diresapi penduduk. Mereka menjual dengan harga yang wajar dan melayani dengan ramah.

Sekadar informasi, saya kutip dari katadata.com, pada Juni 2019,

kenaikan kedatangan turis paling besar terjadi di Bandara Internasional Lombok, sebesar 116,65%. Kalau dibandingkan dengan merosotnya wisatawan pasca gempa, kenaikan itu sangat berarti.

Pasca gempa kunjungannya  ke Lombok turun drastis. Saya kutip dari BPS, kunjungan wisatawan mancanegara yang masuk melalui bandara internasional Lombok turun hingga 64,71%. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun