Dalam perkembangannya, para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina berasal dari bahasa Spanyol yang berarti “anak perempuan”. Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.
Prabowo menyampaikan, saat ini sebenarnya sudah terjadi badai El-Nino di sekitar samudra pasifik. Tentu saja badai ini cukup mempengaruhi musim di Indonesia, hanya saja badai tersebut masih kategori intensitas rendah. “Bulan-bulan Juni-Juli ini sudah ada gejalanya (badai El-Nino) tapi intensitasnya rendah. Sementara itu bulan Juli ini sudah memasuki musim kemarau. Meski kemarau, bukan berarti tidak akan terjadi hujan. Menurutnya, potensi turunnya hujan tetap ada, hanya saja dalam intensitas yang rendah. Berbeda jika dalam kondisi terjadinya Badai La-Nina
Kedua badai tersebut jika terjadi berkepanjangan, memastikan bahwa proses perubahan iklim benar telah terjadi di dunia. Suhu bumi yang semakin panas mengakibatkan musim yang semakin tak menentu. Tandanya adalah angin. Kecepatan angin yang terjadi dalam peristiwa badai di Bandung tidaklah biasa, hingga menumbangkan puluhan pohon bahkan papan reklame. Hal inilah yang mengindikasikan telah terjadi perubahan iklim, angin kencang yang tidak wajar, tidak seperti pada hujan biasanya.
https://nasional.sindonews.com/read/657337/19/fenomena-pancaroba-1341486491
http://regional.liputan6.com/read/2926124/pemicu-hujan-es-guyur-kota-bandung-di-siang-bolong
http://teknosains.com/i/mengenal-awan-cumulonimbus-dan-proses-terbentuknya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI